20 Negara Bahas Pertanian Organik Bali | Bali Tribune
Diposting : 21 July 2016 14:43
habit - Bali Tribune
pertanian
Gede Ngurah Wididana (Pak Oles)

Denpasar, Bali Tribune

Sebanyak 80 peserta dari 20 negara di kawasan Asia Pasifik ikut ambil bagian dalam pertemuan internasional membahas berbagai perkembangan dan hambatan penerapan teknologi organik “Effective Migroorgisme-EM” di sebuah hotel di Pantai Sanur.

“Kegiatan penerapan pertanian organik itu berlangsung selama tiga hari, 21-23 Juli 2016,” kata Direktur Utama PT Karya Pak Oles, Gede Ngurah Wididana, selaku ketua panitia kegiatan tersebut di Denpasar, Rabu (20/7). Ia mengatakan, para peserta antara lain berasal dari China, Hongkong, India, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Pakistan, Rusia, Singapura, Srilanka, Thailand, Vietnam dan tuan rumah Indonesia.

Penerapan pertanian organik di berbagai negara itu diharapkan mampu menyelamatkan dunia dengan cara bertani yang tidak merusak keseimbangan alam, namun mampu menghasilkan produk yang sehat untuk dikonsumsi. Ngurah Wididana yang mengelola sejumlah perusahaan di berbagai daerah di Indonesia dengan sekitar 2.000 karyawan itu menambahkan, pertanian organik yang diterapkan itu tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia Awalnya teknologi ramah lingkungan itu ditetapkan di Jepang tahun 1930 oleh Mokichi Okada yang kemudian menjadi cikal bakal penerapan EM di berbagai negara di belahan dunia.

“Dari 20 negara yang ikut ambil bagian dalam pertemuan kali ini seluruhnya telah menerapkan pertanian organik. Berbagai hambatan dan keberhasilan EM akan menjadi topik pembahasan dalam pertemuan kali ini,” ujar Ngurah Wididana. Mokichi Okada yang menjadi cikal bakal penerapan EM sejak awal meragukan penerapan teknologi kimia di dunia pertanian, karena merusak keseimbangan alam dan mengganggu kesehatan manusia serta hewan.

Teknologi kimia, menurut Ngurah Wididana, juga ditengarai Mokichi Okada bakal menimbulkan bencana besar bagi seluruh umat manusia, karena bencana itu bisa berupa penyakit dan kekurangan pangan. Seiring dengan apa yang ditengarai Mokichi Okada, mulai diinformasikan adanya penolakan terhadap teknologi kimia. Sebab teknologi tersebut dapat memicu munculnya penyakit-penyakit yang dapat menjadi ganas dan kebal terhadap pestisida.

Penyakit hewan akan menular ke manusia, penyakit tanaman juga menular ke hewan dan manusia. Dengan teknologi kimia, kesuburan lahan pertanian akan terus menurun yang berdampak pada penurunan produktivitas. Dalam mengembangkan pembangunan pertanian, Mokichi Okada memiliki lima prinsip utama yakni menghasilkan produk pangan berkualitas, berkesinambungan, menguntungkan produsen, konsumen dan menjaga kelestarian alam lingkungan, ujar Ngurah Wididana.