Aktivitas Vulkanik Gunung Agung Fluktuatif | Bali Tribune
Diposting : 19 October 2017 19:31
Redaksi - Bali Tribune
Gunung
TINGGI - Asap tebal tampak menyelimuti sebagian Gunung Agung yang intensitas kegempaannya berfluktuasi.

BALI TRIBUNE - Aktivitas vulkanik Gunung Agung masih berfluktuasi. Sejak Senin hingga Rabu (18/10), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat, rata-rata jumlah kegempaan vulkanik dan tektonik lokal di atas 600 kali per hari.

Kasubid Mitigasi Gunung Agung Wilayah Timur PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Devy Kamil, Rabu (18/10) mengatakan, hari Senin (16/10) lalu tercatat sebanyak 593 kali terjadi gempa, kemudian meningkat menjadi 680 kali pada Selasa (17/10), dan Rabu kemarin (dari pukul 00.00 hingga 12.00 Wita) menurut, tercatat sebanyak 486 kali.

“Aktivitas gempa terbanyak sempat terjadi pada Sabtu (14/10) dengan total aktivitas kegempaan (vulkanik dan tektonik) tertinggi 1.136 kali per hari,” ujar Devy Kamil  ditemui di Pos Pantau Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, kemarin.

Dia mengatakan aktivitas magmatik di kawah Gunung Agung, juga  masih kuat dan jumlah tremor nonharmonik juga terdeteksi dua kali dengan durasi 88-140 detik.

 Dia menjelaskan aktivitas kegempaan yang terasa hingga ke Desa Tejakula, Buleleng itu wajar terjadi ketika magma bergerak dalam jumlah yang masif dan zona untuk produksi magma Gunung Agung itu terasa hingga Bali utara akibat fluida magma di dalam perut gunung terus bergerak.

Terkait apakah masih terjadi aktivitas pengembungan (deformasi) perut Gunung Agung, kata Devy, cenderung berfluktuasi, karena beberapa waktu lalu sempat terjadi inflasi yang cukup kuat dan hal itu akan terus dimonitor.

"Kondisi Gunung Agung saat ini belum stabil. Kalau beberapa waktu lalu terdeteksi terjadi deformasi sekitar 1,5 centimeter dari data yang didapat GPS yang dipasang sekitar gunung ini dan perubahannya masih sama seperti sebelumnya," katanya.

Untuk intensitas keluarnya asap berbentuk uap air dan gas dari puncak Gunung Agung, diakuinya, relatif intensif rata-rata 300-500 meter. Namun, pada Sabtu lalu terjadi kepulan asap Gunung Agung yang mencapai ketinggian 1.500 meter.

"Pelepasan asap dan gas vulkanik ini bisa mengurangi tekanan di dalam perut Gunung Agung. Jadi manifestasi adanya asap ini sebagai pelepasan energi atau tekanan di dalam tubuh Gunung Agung," ujar Devy.

 

Listrik Diputus

Sementara pihak PLN Bali mengatakan, aliran listrik di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dan III dipastikan akan langsung dipadamkan begitu sirine tanda terjadinya erupsi Gunung Agung dibunyikan petugas. Artinya ada sebanyak 28 desa yang masuk zona merah radius 12 kilometer yang black out atau gelap gulita.

Kepastian soal pemutusan aliran listrik di wilayah KRB II dan III ini ditegaskan oleh Manager PLN Distribusi Bali, I Nyoman Suarjuni Astawa, kepada wartawan di Pos Komando Darurat Gunung Agung, Pelabuhan Aanah Ampo, belum lama ini.

Pihaknya akan langsung memutuskan jaringan listrik yang berada di KRB II-III begitu suara sirine tanda erupsi dibunyikan. Itu dilakukan mengingat wilayah yang masuk zona merah itu merupakan areal yang paling terdampak aliran lahar panas dan awan panas.

“Jika erupsi itu terjadi, maka peralatan kita pun dengan suhu yang mencapai 600-1000 derajat celsius pasti akan hancur. Sehingga kita akan mematikan itu. Jadi begitu terjadi erupsi Gunung Agung dan sirine dibunyikan maka daerah yang di 28 desa itu akan kami padamkan,” katanya.

Kecuali daerah yang masuk KRB I atau di luar zona 12 kilometer aliran listrinya tidak akan dipadamkan. Terkecuali jika terjadi banjir lahar dingin dan gardu induk di Kecicang hancur dan terkubur, maka secara otomatis aliran listrik di wilayah zona putih akan padam.

“Nah jika gardu induk di Kecicang terkubur banjir lahar dingin, maka akan ada sekitar 17,5 megawatt aliran listrik ke pelanggan yang akan padam,” lontarnya.

Untuk antisipasi jika itu terjadi, pihaknya sudah menyiapkan sebanyak 10 genzet untuk mensuplai aliran listrik ke daerah-daerah yang sebenarnya aman tetapi saluran listrik yang ke arah sananya padam. Diakuinya 10 genzet ini tidak akan mampu mengcover kebutuhan listrik pelanggan di zona putih, namun paling tidak pusat-pusat konsentrasi masyarakat termasuk objek vital dan pemerintahan bisa tetap teraliri listrik kendati dengan daya 2-5-100 KVA.

“Semisal di Kecamatan Abang, nanti di kantor kecamatannya kita akan back up! Nah apakah nantinya listrik itu akan hidup pada malam hari saja, itu nanti kita akan lihat, karena erupsi ini kan belum terjadi. Tapi paling tidak kebutuhan listrik di wilayah zona putih terpenuhi dan masyarakat tidak semakin panik,” katanya.

Dia mengakui terkait kondisi darurat yang kemungkinan terjadi nanti itu, pihaknya sudah melakukan sosialisasi ke sejumlah instansi yang menjadi objek vital di antaranya RSUD Karangasem, dan RS Bali Med, dan kedua rumah sakit ini sudah memiliki genzet yang memadai.