Astitiani Menahan Sakit di Matanya, Tak Punya KIS, Tak Bisa Dioperasi | Bali Tribune
Diposting : 4 January 2018 18:00
Redaksi - Bali Tribune
operasi
Kadek Astitiani menjerit menahan sakit di bagian matanya.

BALI TRIBUNE - Kondisi Ni Kadek Astitiani, seorang bocah berusia 1,6 tahun penderita benjolan pada mata kanan, anak dari pasangan suami istri I Gede Sudana (31)  dan Ni Ketut Sri Handayani (27) warga asal Dusun Bungaya, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, kian memprihatinkan. Semestinya bocah malang ini sudah mendapatkan pengobatan optimal yakni tindakan operasi agar benjolan pada kelopak mata kanannya tidak bertambah parah dan membesar.

Namun sayang, bocah malang dari keluarga miskin ini tidak terdaftar sebagai penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga kedua orangtuanya tidak bisa membawa bocah tersebut berobat atau menjalani operasi, karena jangankan untuk biaya operasi, untuk makan sehari-hari pun keluarga miskin ini masih kesulitan. Praktis saat ini kondisi Ni Kadek Astitiani terus menurun dan terus menangis setiap saat lantaran peradangan yang terjadi pada benjolan kelopak mata kanannya.

Kepada sejumlah wartawan yang mendatangi rumah sederhana orangtua bocah malang itu di Desa Bungaya, Rabu (3/1), Astitiani nampak terus menangis dalam gendongan ibunya. Terlebih ketika tangan kanannya tidak sengaja menyentuh bagian benjolan mata kanannya, bocah malang itu langsung menjerit dan menangis sejadinya hingga rasa sakit di mata kanannya itu mereda.

Mata kanannya yang membesar tersebut membuat Ni Kadek Astitiani sulit untuk tidur dengan lelap, bocah malang ini menjadi rewel karena rasa sakit yang harus ditanggungnya itu. “Kalau malam itu anak saya susah tidur dan rewel mungkin karena matanya terlalu sakit. Kadang badannya sampai demam,” ungkap Ni Ketut Sri Handayani, sembari membelai rambut anaknya dalam gendongan.

I Gede Sudana,  ayah bocah tersebut menuturkan, anaknya lahir pada 24 Juni 2016 lalu dalam kondisi normal. Bahkan saat itu tidak ada tanda-tanda kelainan yang terjadi pada anaknya. Hingga anaknya itu berusia dua bulan, Gede Sudana mulai melihat ada hal yang tidak wajar pada bagian mata kanan anaknya.

“Awalnya kelopak mata kanan anak saya itu berwarna merah, dan kami awalnya mengira jika itu hanya iritasi biasa. Namun lama-kelamaan merah itu berubah menjadi bengkak yang terus membesar,” ucap Sudana.

Khawatir dengan kondisi anaknya itu, Sudana bersama istrinya kemudian membawa sang buah hati berobat ke salah satu dokter spesialis mata di Karangasem. Di sanalah Sudana dan istrinya tekejut saat dokter bersangkutan menyatakan jika terjadi pembengkakan pembuluh darah pada kelopak mata kanan anaknya. Saat itu dokter menganjurkan untuk operasi, namun karena usia anaknya baru beberapa bulan, disarankan untuk menunggu hingga usia anaknya mencapai satu tahun.

“Dokter bilang bola matanya masih berfungsi, tapi  tertutup kelopak bola mata yang membengkak,” kesahnya. Dan saat ini anaknya sudah berusia 1.6 tahun, dan sebenarnya sudah harus segera menjalani operasi, namun sayang hingga saat ini pula Sudana yang bekerja sebagai buruh bangunan tak juga mampu menyediakan uang untuk biaya operasi sang buah hati, bahkan hingga kondisi sang buah hati menjadi kian memprihatinkan setiap saat menjerit kesakitan.

Sudana mengaku sudah berulang kali mengajukan KIS ke Dinas Sosial, namun sayang data yang disetornya itu malah dikatakan hilang. Sudana pun tak patah arang untuk kesembuhan putrinya, dia pun kembali mengajukan KIS tetapi kali ini melalui Kadus. Dan sayangnya juga sampai saat ini KIS itu hanya tinggal sebuah harapan yang membuat Sudana dan istrinya bertambah galau tanpa ada kepastian di tengah kondisi anaknya yang terus menurun.

Di tengah ketidak berdayaannya sebagai warga miskin, Sudana berharap ada dermawan yang bisa membantu pengobatan anaknya. Dia juga berharap Bupati Karangasem, IGA Mas Sumatri bisa menyalurkan tali kasih untuk pengobatan anaknya.