Berharap Status Gunung Agung Diturunkan | Bali Tribune
Diposting : 25 October 2017 19:01
Redaksi - Bali Tribune
Made Mangku Pastika
Made Mangku Pastika

BALI TRIBUNE - Aktivitas kegempaan Gunung Agung sejauh ini menurun drastis. Namun di sisi lain, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum menurunkan status Gunung Agung dari Level Awas saat ini.

Terkait ini, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan agar status vulkanik Gunung Agung ini dapat diturunkan. Selain karena aktivitas vulkanik yang cenderung menurun, hal tersebut juga penting sehingga sebagian kegiatan perekonomian masyarakat setempat dapat kembali hidup.

"Kalau seandainya ini bisa diturunkan statusnya menjadi Siaga saja, radiusnya menjadi 6 kilometer," tuturnya, usai menghadiri Sidang Paripurna DPRD Provinsi Bali, di Denpasar, Selasa (24/10).

Kalau radius zona merah menjadi 6 kilometer, menurut dia, berarti yang mengungsi itu tinggal setengahnya saja. Itu artinya, kegiatan perekonomian sebagian pengungsi akan kembali normal.

Mantan Kapolda Bali itu tidak memungkiri, jika berdasarkan keterangan PVMBG, maka menurunkan status Gunung Agung belum memungkinkan. Namun kalau dilihat fakta penetapan status Awas yang sudah sebulan lebih sejak 22 September 2017, maka perlu dipertimbangkan status tersebut.

"Status saat ini telah menimbulkan dampak yang panjang, baik dari sisi ekonomi, psikologi, pendidikan, kesehatan, hingga pemuktahiran data pemilih, bahkan kejenuhan para pengungsi," ucapnya.

Di samping itu, demikian Gubernur Pastika, dampak material bangunan menjadi tidak ada. Bukan saja masyarakat di sekitar Gunung Agung yang menjadi tidak bekerja, namun juga bagi pekerja bangunan yang menjadi tidak bekerja lagi.

Ini berpengaruh pada tersendatnya target penyelesaian sejumlah proyek pemerintah hingga permasalahan anggaran.

"Masalah kontrak (proyek pemerintah, red) itu tidak gampang. Misalnya tidak selesai tahun ini, dipotong di jalan, belum tentu bisa dipakai anggaran 2018. Kalau harus dipakai pada anggaran 2018 Perubahan itu sekitar November, berapa mundurnya itu," tandasnya.

Gubernur Pastika menambahkan, dengan sistem "early detection" dan "early warning", dengan kemajuan transportasi, teknologi, dan komunikasi, seharusnya status Gunung Agung bisa diturunkan.

"Karena kalau terus-menerus begini, dampaknya panjang sekali. Inilah yang juga dasar dari Menko Maritim untuk meminta kajian yang lebih realistis. Jangan diset maksimum semuanya indikatornya, kalau diset maksimum kan hasilnya maksimum," tegasnya.

Meskipun mengharapkan adanya penurunan status, ia menegaskan pihaknya tidak ingin mencelakakan rakyat. Namun berdasarkan adanya alat deteksi dini dengan peralatan yang canggih, semestinya kemungkinan erupsi bisa dideteksi lebih awal dan cepat diinformasikan, serta masyarakat cepat diungsikan.

Dia mengatakan bahwa kondisi sosial, budaya dan intelegensia masyarakat sekarang sudah berbeda. Kondisi saat ini tidak bisa disamakan ketika terjadi erupsi Gunung Agung pada 1963.

"Waktu itu korban banyak kenapa? Karena alat komunikasi tidak ada, alat deteksi tidak lengkap, alat transportasi nggak ada, jalan masih rusak, dan kondisi masyarakat juga berbeda dengan sekarang. Kalau dulu mungkin karena kepercayaan, malah ada nggak mau pergi," pungkas Gubernur Pastika.