BI Panen Bawang Merah di Bangli | Bali Tribune
Diposting : 9 June 2016 16:10
Arief Wibisono - Bali Tribune
bawang
PANEN - Lahan bawang merah milik kelompok binaan BI, Sari Pertiwi, di Desa Songan Kintamani, Bangli, jelang dipanen pada Rabu (8/6).

Bangli, Bali Tribune

Bank Indonesia (BI) Bali pada tahun 2016 mengembangkan 13 demplot dan klaster di hampir seluruh wilayah Bali. Komoditas padi dikembangkan di Kabupaten Gianyar dan Jembrana. Cabai merah di Karangasem, dan bawang merah dikembangkan di Kabupaten Bangli, Gianyar, dan Buleleng.

Hal ini dilakukan sebagai upaya pengendalian inflasi dan pengembangan ekonomi daerah dan percepatan program ketahanan pangan di Bali. “Kabupaten Bangli merupakan sentra pengembangan bawang merah di Bali,” kata Kepala KpW BI Bali, Dewi Setyowati, di sela panen bawang di kelompok binaan BI, Sari Pertiwi, di Songan, Bangli, Rabu (8/6).

Dikatakan Dewi, Bangli menghasilkan 11.090 ton selama tahun 2014. Hal ini berarti Bangli telah memberikan kontribusi sebesar 93,30 persen dari total produksi bawang di Provinsi Bali. “Melihat potensi ini, kami tergerak untuk turut mengembangkan komoditas bawang merah dengan teknologi baru,” ujarnya.

Menurutnya, KpW BI Bali menginisiasi pengembangan bawang merah perlakuan organik menggunakan pupuk organik berbasis MA-11 dengan melakukan penanaman di demplot seluas dua Ha pada 10 April 2016. “Saat ini sudah berumur 59 hari, telah siap kita panen bersama,” kata dia.

Pertumbuhan Ekonomi

Dikatakan Dewi, di tengah perlambatan ekonomi global dan nasional, perekonomian Bali masih dapat tumbuh sebesar 6,04 persen (yoy) pada triwulan I 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,96 persen (yoy). “Ini jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,92 persen (yoy),” tuturnya.

Untuk keseluruhan tahun 2016, perekonomian Bali diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 6,08 persen- 6,84 persen (yoy). “Dari sisi kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) di Bali pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 104,86, menurun dibanding triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 105,13.

“Penurunan NTP ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Yang Dibayar Petani (IB) lebih tinggi dibandingkan dengan Indeks Yang Diterima Petani (IT),” ulasnya. Namun demikian, bila dilihat berdasarkan subsektornya, NTP subsektor hortikultura mengalami peningkatan sebesar 1,1 persen (qtq) dari 103,05 di triwulan IV-2015, menjadi 104,2 pada triwulan I-2016.

Peningkatan NTP di triwulan I 2016 mengindikasikan terjadinya peningkatan kemampuan daya beli petani di pedesaan. “Kami optimis dengan upaya yang sinergi antara Pemprov Bali, TNI, BI dan Pemkab Bangli mampu mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2016 yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan petani,” ucapnya, optimis.

Dengan pendampingan yang tiada henti melibatkan ahli pertanian yaitu Dr Nugroho Widiasmadi (pencipta MA-11), I Dewa Gata (petani pakar dari Subak Pulagan) dan Masril Koto (petani sukses pendiri LKM di Sumatera Barat), kelompok Sari Pertiwi telah tumbuh menjadi kelompok yang mumpuni dari sisi kompetensi.

Selain itu, dari sisi kelembagaan, kelompok ini telah mendirikan LKM dan telah berhasil mengumpulkan modal saham dari anggotanya sebesar Rp86juta. “Selain pertumbuhan yang pesat, sejak menggunakan perlakuan organik berbasis MA-11, tanaman bawang merah menjadi lebih tahan terhadap cuaca ekstrim dan serangan hama,” ungkap Dewi.

Petani juga merasakan manfaat dari penggunaan biofarm, pestisida nabati dan fungisida nabati yang dibuat sendiri oleh kelompok dengan memanfaatkan tumbuhan lokal. “Petani tidak lagi membeli pestisida kimia dan dapat menghemat biaya yang selama ini harus dikeluarkan petani untuk pemeliharaan,” tambah Dewi.

Dalam rangka mendukung budidaya bawang merah secara organik, melihat keterbatasan kelompok dalam ketersediaan air, melalui Program Sosial BI pada tahun 2015, kelompok ini telah menerima bantuan berupa sarana dan prasarana pengairan dengan nominal sebesar Rp31juta.

“Ke depan, diharapkan keberhasilan-keberhasilan dalam demplot-demplot pertanian dapat mendorong peningkatan jumlah petani yang mengimplementasikan budidaya bawang merah secara organik dan dapat diimplementasikan pada tataran area yang lebih luas sehingga dapat mempercepat terwujudnya ketahanan pangan di Provinsi Bali,” harapnya.

Menurut Dewi, panen bawang merah ini tidak akan terwujud tanpa dukungan penuh dari seluruh stakeholders. Ia menyampaikan apresiasi kepada Pemprov Bali, Bupati Bangli dan jajaran SKPD terkait, Kodim 1626/Bangli serta petani anggota kelompok Sari Pertiwi.

“Mereka semua mensukseskan program pengembangan klaster ketahanan pangan komoditas bawang merah mulai dari penanaman hingga panen. Kami berharap panen bawang merah kali ini dapat memberikan manfaat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Bali yang menjadi cita-cita kita bersama,” pungkasnya.