Bijak dalam Bermedsos, BNPT Ingatkan Saring Sebelum Sharing | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 6 November 2018 21:07
Hendrik B Kleden - Bali Tribune
kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat, di Kuta, Badung, Senin (5/11).
BALI TRIBUNE - Untuk mencegah meluasnya paham radikalisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali, menggalang dukungan dari berbagai elemen termasuk para kaum milenial yang aktif di dunia Maya seperti para Blogger, Youtuber, juga mahasiswa pers kampus, dan  wartawan dari berbagai media.
 
Mereka berkumpul dalam kegiatan Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat, di Kuta, Badung, Senin (5/11). Rahmat Suhendro selaku Kasubdit Pengamanan Lingkungan Deputi Bidang Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT meminta para netizen untuk menyaring informasi terlebih dahulu sebelum menyebarkan informasi tersebut di media sosial.
 
"Kita harapkan para kaum milenial ini mampu berpartisipasi dalam pencegahan paham radikal-terorisme melalui dunia maya, tentunya sesuai dengan tema kita saring sebelum sharing," jelasnya. DiaDia memaparkan, di tahun 2018 saja ada sekitar 372 orang teroris yang ditangkap dan ditahan, 170 orang sedang dalam proses hukum dan 23 orang ditembak mati. 
Dahulu, katanya belum ada dunia maya yang ada dunia gaib. Karena di dunia maya banyak berkeliaran konten radikalisme. Maka dari itu output dari kegiatan ini untuk membangun kesadaran bagi kaum milenial, khususnya yang aktif di dunia maya dapat berpartisipasi dalam pencegahan radikalisme di media sosial. 
 
“Kita berharap para peserta nantinya mampu memproduksi konten-konten damai, toleransi dan positif yang mampu mengimbangi atau menghalau konten radikalisme agar warga dunia maya tidak terjangkit virus tersebut," tandasnya.
 
Hal senada disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Provinsi  Bali, I Putu Suartama.  Pihaknya, menyampaikan bahwa para peserta diharapkan nanti bisa berkolaborasi dengan pemerintah melalui jaringan informasi Kesbangpol dalam deteksi dini paham radikal-terorisme di dunia maya.
 
 “Tidak semata-mata pemerintah saja, tapi semua elemen masyarakat kita ajak, seperti pecalang, Babhinkamtibmas dan Linmas, bahkan pecalang ini sudah kita ajak acara seperti ini tahun 2012. Mereka sudah ada forumnya Forum Pecalang Bali," ungkapnya.
 
 Apalagi Pulau Bali ini yang merupakan iconpariwisata internasional. Para teroris ini katanya, memilih Bali sebagai target karena terkenal di dunia internasional, karena mereka (red, teroris) itu butuh pencitraan. 
"Fungsi pencegahannya paling tidak kita mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan. Kenapa saya libatkan pecalang dan aparat desa, karena kuncinya ada di grassroad itu. Ini kita ajak dan ekspose karena orang yang ingin berbuat kekacauan itu cara berpikir mereka sudah jauh dan melalui media ini kita sampaikan ke masyarakat, kita sudah survey kita lakukan pemetaan di 8 Kabupaten itu akan kita kaji. Kita harapkan bisa memperkecil ruang gerak mereka," tegasnya. 
 
 Sementara itu, acara bertajuk "Sharing sebelum Sharing" ini menghadirkan narasumber yang mumpuni dalam bidangnya, seperti Imam Wahyudi dari Dewan Pers yang berbicara tentang peran Dewan Pers dalam fungsi kontrol terhadap Media, Budihardjo perwakilan PWI Bali yang berbicara tentang saring sebelum sharing (bijak dalam bermedsos) dan lainnya.