BRSU Tabanan Bantah Tidak Jalankan Prosedur | Bali Tribune
Diposting : 24 May 2016 10:51
Arta Jingga - Bali Tribune
demam berdarah
Suasana rumah duka anak tujuh tahun yang meninggal karena DB di Tabanan.

Tabanan, Bali Tribune

Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan membantah memberikan pelayanan tidak maksimal terhadap pasein Anak Agung Ngurah Narendradiningrat (7)  yang meninggal dunia karena demam berdarah.

Wakil Direktur Bidang Pelayanan dan Pengendalian Mutu BRSU Tabanan, dr Ni Luh Gede Sukardiasih M. For, Senin (23/5) mengatakan,  pasien datang ke rumah sakit hari Sabtu (21/5) sekitar pukul 15.30 Wita dengan keluhan merasakan mual serta nafsu makan menurun.

Saat itu, lanjut Sukardiasih, dokter jaga langsung memeriksa kondisi pasien dan melalukan observasi selama 30 menit. “Setelah dicek, panas pasien saat itu 36,3 C,” sambungnya.

Dia mengatakan konsisi pasien saat itu dilihat sehat karena bisa berjalan dan naik ke dalam bed sendiri. Setelah diperiksa dan diberikan obat mual, pasien diperpolehkan pulang. Namun dengan catatan apabila pasien tidak buang air kecil dalama waktu 3 jam, diharapkan langsung diajak kembali ke rumah sakit.

Ditanya kenapa dokter tidak melakukan cek darah kepada pasien, padahal ibu pasien telah memperlihatkan hasil tes lab cek darah pasien  hari Kamis (19/5),  Luh Gede Sukardiasih menjelaskan, dilihat dari kondisi korban yang tidak panas, dan masih bisa berjalan serta  duduk di bed tanpa dibantu, sehingga tidak dilakukan tes darah pun diopname. “Kondisi pasien yang panasnya tidak tinggi dan masih aktif bergerak dan indikasi untuk rawat inap tidak ada, maka pasien tidak diopname dan dites darahnya,” jelasnya.

Namun sektiar pukul 21.30 Wita  pasien datang lagi dengan kondisi yang sudah tidak sadarkan diri. “Waktu itu kami fokus menangani pasien Narendra. Setelah dipasang incubasi, kondisi pasien sempat stabil,” ujarnya.

Namun diakuinya, beberapa saat kemudian kondisinya malah menurun drastis dan harus dirawat di ICU. Pasien akhirnya mengembuskan napas terakhirnya Minggu (22/5) dini hari sekitar pukul 00.15 Wita.  “Pasien kena virus Dengue  Shock Syndrome, mengalami luka di bagian lambung yang mengakibatkan muntah darah,” jelasnya dan menambahkan, kondisi ini dengan cepat menyerang dan  terjadi sama anak apalagi kondisi pasien yang tubuhnya gemuk.

Meninggalnya Narendradiningrat karena DB meningkatakan status Tabanan menjadi KLB (Kondisi Luar Biasa). Terkait hal itu BRSU Tabanan akan menyiapkan tenaga medis dan obat-obatan.

Menyayangkan

Anak Agung Ngurah Jaya Narendradiningrat  adalah siswa kelas I SD beralamat di Jalan Tamrin, Kediri, Tabanan. Ia meninggal saat dirawat di BRSU Tabanan, Sabtu malam (21/5). Putra pertama Anak Agung Ngurah Manik (36), wartawan media cetak terbit di Bali ini, meninggal karena demam berdarah.

Ditemui di rumah duka, Ngurah Manik menyayangkan penanganan BRSU Tabanan yang tekesan lamban merawat dan menangani anaknya. Diceritakanya, sebelum dirawat di ICU, Narendra sempat cek darah di dokter keluarga, Selasa (17/5). Hasil tes trombosit Narendra 190, namun Sabtu ( 21/5) sekitar pukul 16.00 Wita, Narendra mual-mual tidak mau makan.

Mendapati kondisinya seperti itu, kemudian diantar ibunya Sagung Alit Sri Nurdewi ke BRSU Tabanan. Oleh pihak rumah sakit, Narendra hanya diberikan obat mual dan diperbolehkan pulang. “Mestinya pihak Rumah Sakit, mengecek lagi trombosit anak saya. Tidak hanya mengandalkan hasil cek lab sebelumnya,” jelas Manik, minggu (22/5).

Ditambahkan, sekitar pukul 20.00 Wita, kondisi Narendra memburuk, dan muntah darah. “Waktu itu saya ada liputan di Ubud, dan memutuskan langsung pulang,” jelas Manik.

Narendra kemudian dilarikan ke BRSU Tabanan untuk mendapatkan perawatan. Ternyata kondisinya sudah kritis dan harus dirawat di ICU. “Kondisi anak saya semakin buruk, detak jatungnya melemah,” terangnya dan menambahkan pukul 23.30, Sabtu (21/5) Narendra meninggal dunia.

Kabag Humas Pemkab Tabanan, Putu Dian Setiawan bersama Pewarta (Persatuan Wartawan Tabanan) menyampaikan belasungkawa kepada  Anak Agung Ngurah Manik. “Kami turut berduka, semoga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan,” tandas  Dian Setiawan.

Hal senada diungkapkan Ketua Pewarta I Ketut Sugina.  “Kami sangat berduka,” jelas Sugina seraya berharap Ngurah Manik  mengikhlaskan kepergian buah hatinya, karena semuanya akan kembali kepada-Nya.

Suasana duka masih kental dirasakan keluarga, dan mereka masih tampak sibuk mempersiapkan upacara pengabenan Narendra. Upacara pengabenan almarhum Narendra akan dilangsungkan Kamis (26/5) mendatang.

Dihubungi terpisah, Dirut BRSU Tabanan, Dr. Nyoman Susila, membenarkan kalau Anak Agung Ngurah Jaya Narendradiningrat (7), meninggal karena demam berdarah. Namun kalau meninggalnya Narendra karena kelalaian pihak rumah sakit karena lambat penanganan, dirinya belum bisa memberikan keterangan karena harus menunggu audit medik.