Cuaca Buruk dan Berkabut, penyeberangan Selat Bali Sempat Tutup | Bali Tribune
Diposting : 18 December 2017 20:38
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
Pelabuhan
Situasi penyeberangan di Pelabuhan Gilimanuk.

BALI TRIBUNE - Syahbandar Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk memberlakukan buka tutup penyeberangan Ketapang-Gilimanuk akibat cuaca buruk, Minggu (17/12) sore.

Sepanjang hari kemarin, cuaca di Selat Bali tampak diselimuti mendung tebal disertai angin kencang. Tidak lama kemudian hujan deras turun sehingga menimbulkan kabut di Selat Bali.

Kabut tersebut membuat Selat Bali menjadi gelap sehingga jarak pandang nahkoda sangat terbatas. Tidak mau menanggung risiko, Unit Pelaksana Pelabuhan (UPP) Ketapang dan Gilimanuk sepakat menutup sementara penyeberangan.

Penutupan penyeberangan Selat Bali mulai dilakukan pukul 15.15 Wita sampai cuaca buruk berlalu. Seperti penutupan sebelumnya, untuk memperkecil risiko semua nahkoda diminta untuk mengarahkan kapal ke pelabuhan terdekat atau mencari tempat mengapung yang aman.

Sementara kapal yang sudah selesai muat tetap menunggu di dermaga. Saat penutupan dilakukan pengguna jasa penyeberangan terutama kendaraan tidak banyak sehingga tidak terjadi antrean.

“Syahbandar memutuskan menunda sementara penyeberangan karena hujan deras yang membuat jarak pandang terbatas,” ujar Manajer Usaha PT ASDP Indonesia Ferry Unit Pelabuhan Gilimanuk Heru Wahyono dikonfirmasi Minggu (17/12).

Beruntung hujan deras dan angin kencang itu hanya sebentar. Sekitar 15 menit kemudian cuaca membaik dan pukul 15.40 Wita penyeberangan kembali dibuka.

 

Lonjakan Penumpang

Pada bagian lain, ia mengatakan lonjakan pengguna jasa penyeberangan Jawa-Bali diprediksi akan terjadi menjelang libur  Natal dan Tahun Baru (Nataru), akhir pekan ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ketapang, menyebutkan lonjakan pengguna jasa penyeberangan Ketapang-Gilimanuk sempat terjadi tatkala Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai tidak beroperasi beberapa saat pasca-erupsi Gunung Agung, beberapa waktu lalu.

Tetapi setelah bandara beroperasi normal, jumlah pengguna jasa penyeberangan menurun rata-rata 6 ribu orang pada bulan Oktober dan November. Jika pada bulan September jumlah penumpang sebanyak 36.369 orang, kendaraan roda dua (R2) 67.631 unit dan  roda empat/lebih (R4) 99.139 unit, namun jumlah penumpang pada Oktober tercatat hanya 30.526 orang dan kendaraan roda dua mengalami penurunan sebanya 19 ribu.

Sedangkan pada November jumlah penumpang hanya 30.503 orang dan kendaraan roda dua mengalami penurunan 16 ribu unit. Berbeda dengan kendaraan R4 yang justru tiap bulannya mengalami lonjakan rata-rata hingga mencapai dua ribu unit.

Heru Wahyono memprediksi akan terjadi lonjakan pengguna jada saat libur Nataru kendati diakuinya memang ada penurunan pada jumlah penumpang dan R2 pasca-erupsi Gunung Agung.

Menurutnya, saat ini sudah mulai kembali terjadi peningkatan arus setelah erupsi Gunung Agung yang tidak berdampak luas pada aktivitas masyarakat di Bali. “Sekarang sudah mulai normal dan kondusif, sudah banyak yang masuk ke Bali,” ungkapnya.

Selain dampak penutupan bandara, dikatakannya  pada bulan Oktober dan November itu justru kendaraan R4 mengalami lonjakan 2 ribu unit yang masuk ke Bali yang membuktikan juga banyak wisatawan yang datang ke Bali justru menggunakan mobil dan bus.  

Akhir tahun ini pihaknya memprediksi tetap ada lonjakan kendaraan baik yang masuk maupun ke luar Bali. Pihaknya memprediksi akan terjadi kenaikan empat persen untuk penumpang, dua persen R2 dan empat persen R4 yang sudah mulai terjadi pekan ini yang sudah memasuki libur panjang akhir tahun. Pihaknya memperkirakan libur panjang pada akhir pekan ini akan menjadi pemicu terjadinya lonjakan pengguna jasa pada Natal dan Tahun Baru baik di Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk maupun di Pelabuhan Penyeberangan Ketapang.

Pihaknya mengaku telah melakukan langkah antisipasi terhadap lonjakan pengguna jasa tersebut. Selain telah dilaksanakan rapat koordinasi lintas sektoral dengan seluluh intnasi terkait pekan lalu, pihaknya juga mengaku telah menyiapkan armada (kapal), fasilitas maupun petugasnya secara maksimal. Bahkan saat ini pihaknya telah melangkapi pelabuhan baik di Ketapang maupun Gilimanuk dengan perangkat yang canggih yang berfungsi untuk monitoring lalu-lintas kapal melalui STC (ship traffic control).

Di STC tersebut telah dilengkapi Ship Plotter yang dapat memantau kondisi secara real time.  “Dengan teknologi itu  pengaturan kapal yang keluar dan masuk dermaga jauh akan lebih canggih karena posisi kapal, kecepatan angin dan lainnya yang mendukung keselamatan pelayaran sudah diketahui selama 24 jam,” tandasnya.