Dampak Covid-19 Penjahit Pakaian Beralih Membuat Masker | Bali Tribune
Diposting : 7 April 2020 18:52
A.A. Samudra Dinata - Bali Tribune
Bali Tribune / Aktifitas Anak Agung Eka Putra Saat Membuat Masker

balitribune.co.id | Bangli - Ditengah merebaknya penyebaran virus corona dan masyarakat dihadapkan pada sulitnya mendapatkan masker dijadikan peluang bisnis para penjahit di Bangli. Tidak sedikit penjahit kini justru lebih fokus membuat masker daripada menerima pesanan membuat kemeja. Seperti yang dilakoni penjahit Anak Agung Eka Putra (60) asal Puri Kanginan, Kelurahan Kawan, Bangli.

Menurut Agung Eka  untuk  permintaan masker sejak beberapa hari belakangan ini meningkat. Oleh karena itu pihaknya lebih fokus membuat masker daripada melayani servis ataupun membuat kemeja. “Setiap harinya ada saja yang membeli masker, mungkin beberapa hari kedepan permintaan akan lebih banyak pasca pemberlakuan aturan wajib mengenakan masker jika keluar atau bepergian,” ujar Agung Eka yang mengaku sudah menekuni pekerjaan menjarit sejak tahun 1986 ini.

Sementara untuk soal kwalitas masker yang dibuat  dari sisi jaritan berani dijamin dibandingkan produk masker lainya. Dalam sehari bisa membuat masker sebanyak 20- 30 biji. “Tergantung model  kalau agak rumit  sehari bisa membuat 20  biji, jika model masker pada umumnya bisa  sampai  30 biji,” ujar penjahit yang membuka usaha di Jalan Nusantara Bangli ini. Sedangkan untuk model masker melihat dari contoh- contoh masker di media sosial.

Disinggung terkait harga masker, kata Agung Eka tergantung dari  bahan  dan model masker, untuk maker biasa berbahan kain katun harganya Rp 10 ribu per biji. Sedangkan untuk masker cangkok Rp 15 ribu per biji. “Kalau menggunakan kain jenis spandek  harganya lebih mahal,” sebut pria beranak tiga ini.

Sementara untuk kendala dalam membuat masker yakni pada peralatan, dimana ia mengaku dengan menggunakan mesin jahit bisa maksmal, hanya bisa membuat maker 30 biji per harinya dan jika seandainya menggunakan mesin jahit  Juki mungkin per harinya bisa membuat masker sampai 60 biji.  “Apa yang ada itu yang kami manfaatkan mungkin kedepanya bisa mengganti mesin yang ada dengan yang lebih baru,” sebut Agung Eka.