Dewa Ketut Suryawan Hidup di dalam Kerangkeng | Bali Tribune
Diposting : 21 August 2017 18:54
Agung Samudra - Bali Tribune
gangguan jiwa
KERANGKENG – Dewa Ketut Suryawan terpaksa dikerangkeng karena menderita gangguan jiwa dan kerap ngamuk.

BALI TRIBUNE - Kondisi mengenaskan dialami penderita gangguan jiwa Dewa Ketut Suryawan (45). Pria asal  Tempek Pantunan, Dusun Bangkiangsidem, Desa Bangbang, Tembuku, Bangli ini, terpaksa dipasung karena berbahaya dan pernah membunuh seorang warga.

Anak keempat dari pasutri Dewa Gede Mogog  dan  Dewa  Ayu Putu Mertha  ini, sebelumnya dirawat di RSJP Bangli. Namun karena terbentur biaya, ia dibawa pulang. Perangai Dewa Ketut Surayawan tidak berubah dan dianggap membahayakan sehingga harus dipasung.

Hampir  15 tahun  pria berkulit putih ini melewati hari-harinya  dengan kondisi kaki dipasung. Rupanya  praktik  memasung  bagi penderita gangguan jiwa terdengar hingga ke telingan ibu bupati Nyonya Erik Gianyar.

Merasa terketut melihat  kondisi  Dewa Ketut suryawan, akhirnya  atas saran  ibu bupati maka  dibuatkan tempat yang lebih manusiawi berupa ruangan  dengan tembok beton  berpintu besi dengan ukuran  1,5 x 3M.  Walaupun telah terbebas dari pasungan, namun  tangan Dewa Ketut  Suryawan  masih  diborgol. 

Ketika Bali Tribune mendatangi  rumahnya, Minggu (20/8)  nampak  Dewa Ketut Suryawan  tanpa mengenakan baju dengan kondisi tangan diborgol ngoceh tidak karuan. Menurut saudara tirinya I Dewa Ketut Putra (37), penyakit yang diderita kakaknya sejatinya sudah terlihat  sejak kecil, dimana kakaknya menderita epilepsi. Bahkan harus berhenti sekolah karena sering berkelahi dengan teman sebayanya. 

Tidak itu saja, kalau  sedang marah, kakaknya sering membanting barang. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, tepatnya di tahun 1997 tanpa ada tanda-tanda mencurigakan  tiba-tiba saja  kakaknya mengamuk  dan  sempat menikam warga hingga meninggal dunia.

“Sebelum kejadian tragis itu saya dan kakak tiri sempat  menghangatkan diri di dekat tungku api, kemudian  saya berangkat kerja ke proyek di Batubulan, Gianyar. Namun baru sampai di  wilayah Semebaung, Gianyar  firasat saya jelek dan akhinya dengan menumpang ojek saya balik  ke rumah,“ ujar Dewa Ketut Putra.

Sesampainya di rumah, kondisi rumah sangat ramai dan  Putra diberitahu kalau kakaknya mengamuk dan menikam orang. Sejak saat itu kakak tirinya itu dibawa ke RSJP Bangli guna menjalani perawatan. Setelah hampir 1,5 tahun dirawat di RSJP Bangli, kakaknya diperbolehkan pulang, dan seminggu kemudian kambuh. Sebelum mengamuk, kata Putra, gelagatnya biasanya merenung dan ngoceh sendirian.

Untuk langkah antisipasi jika sewaktu-waktu ngamuk, Putra sudah menyiapkan  senjata berupa pentungan dan rantai. Tanpa mengingat  hari dan tanggal, tiba-tiba saja kakaknya mengamuk. Dengan berbekal batu sebesar buah kelapa, kakaknya memecahkan kaca ruang tamu.

“Dengan berbekal rantai saya akhinya memberanikan diri menghadapi kakak. Setelah berhasil menggiring  ke dalam ruang tamu, akhirnya saya mengunci pintu ruang tamu dari dalam dan terlibat perkelahian di dalam ruang tamu. Dalam satu kesempatan saya berhasil menjepit  kakak saya di belakang almari dan akhirnya bapak saya datang ikut membantunya agar  tidak bisa kabur. Akhinya dibantu warga dan aparat kemanan kakak saya kembali dibawa ke RSJP Bangli,” ujar Putra.

 Lagi-lagi karena biaya, Dewa Ketut Suryawan kembali dibawa pulang. Kini ia menjalani hidupnya dalam kerangkeng. “Anak saya dua kali dirawat di RSJP Bangli, namun  karena tidak ada perubahan dan terbentur biaya, dengan terpaksa saya bawa pulang,“ kata Dewa Ketut  Mogog diamini istrinya  Dewa Ayu Putu Mertha.

Ditanya kenapa tangan Suryawan juga diborgol, Mogog mengatakan agar tidak sampai anaknya  menjebol pintu  ruangan yang terbuat dari besi. “Kami takut kalau borgol di tangannya dilepas, bisa-bisa  kabur dan kembali mengamuk, dalam kondisi  seperti saat ini saja kami diselimuti perasaan was-was,“ jelasnya.

Terkait bantuan dari pemerintah, Mogog mengatakan selain bantuan dari Pemkab Bangli  berupa bangunan yang didiami sekarang, Pemprov Bali juga memberikan bantuan bahan bangunan untuk  membanguan ruangan yang lebih representatif.

Sementra Wadir Pelayanan RSJP Bali , Dr I dewa Gede Basudewa saat dikonfirmasi, mengaku bakal segera mengecek jejak rekam medis yang bersangkutan. Untuk kesembuhan  selain harus mengonsumsi obat juga harus didukung oleh keluarga dan lingkungan atau masyarakat sekitar.