Dua Musim Panen Tak Bisa Tanam Padi, Warga Subak Alirkan Paksa Air Irigasi | Bali Tribune
Diposting : 25 January 2018 15:24
Redaksi - Bali Tribune
ritual
KELUHKAN - Beras mahal, Petani Subak Gede Buahan keluhkan proyek irigasi molor hingga dua musim panen.

BALI TRIBUNE - Proyek perbaikan saluran irigasi di Subak Gede Buahan, Payangan, Gianyar, yang penyelesaiannya molor, membuat warga subak hilang kesabaran. Terlebih, sudah duakali musim panen mereka tidak bisa menanam padi. Atas keputusan seluruh pekaseh, mereka  memutuskan untuk mengalirkan air, Rabu (24/1).

Pekaseh Subak Susut I Wayan Sabar mengatakan,  Subak Gede Buahan terdiri dari Subak Susut, Subak Buahan, Subak Selat, dan Subak Tengipis. Sebelumnya mendapat program perbaikan irigasi 2017. Namun sampai Desember 2017 proyek tak selesai. Perbaikan irigasi itu meliputi mengerjakan dinding saluran irigasi induk, normalisasi terowongan irigasi induk, dan normalisasi dan pembetonan terowongan di Subak Tengipis dan Subak Selat, memperbaiki saluran irigasi Subak Buahan dan Susut.  

Namun, atas  keterlambatan penyelesaian proyek menyebabkan empat subak mengalami paceklik beras. Lantaran dua kali masa tanam tak bisa menanam padi.  Untuk sementara para petani di lahan 500 ha itu, kini hanya  ditanami komoditas lainnya. Disebutkan jika  awalnya perbaikan irigasi akan selesai  pertengahan Desember 2017. Hingga  petugas dari Dirjen Litbang Kementerian Pertanian sempat meninjau, lantas ditarget 23 Januari  selesai. “Dari target itu, Selasa (23/1) kami berencana alirkan air. Namun karena beberapa hal kami alirkan air ini,” terangnya.

Menutut Sabar, petani sesugguhnya tak sabar menunggu aliran air irigasi. Karena dua kali masa tanam tak menanam padi, petani sudah kehabisan stok gabah di lumbung untuk konsumsi. Petani kewalahan membeli beras. Yang sebelumya tidak biasa dilakukan. Terlebih sekarang harga beras naik, ini memukul petani. Menurutnya, subak sesungguhnya bersyukur dapat program perbaikan irigasi. Jika proyek diselesaikan tepat waktu. "Ke depan kami mengharapkan proyek irigadi bisa diselesaikan tepat waktu," harapnya.

Pekaseh Subak Tengipis I Nyoman Rawi mengatakan, untuk kesiapan mengalirkan air, pihaknya telah menggelar ritual mapag air dengan mengelar caru di bendungan dan menghaturkan upakara pejati di masing-masing pembagian air tersier. Hal ini untuk menjaga agar sir irigasi bisa mengalir lancar. "Sebagai umat beragama Hindu, ritual penting dilakukan utuk kelancaran air, keselamatan petani, dan keberhasilan tanaman yang ditanam nanti," katanya.

Menurut Rawi, sesungguhnya pekerja proyek masih minta waktu untuk menyelesaikan. Namun, karena ketidaksabaran sebagian besar subak diputuskan untuk dialirkan Rabu (24/1).

Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Gianyar I Wayan Suarta, mengatakan, proyek irigasi berpengaruh terhadap luas tanam, karena pengerjaan proyek membutuhkan waktu yang cukup dan harus menutup air irigasi. Katanya hal itu biasa, nanti dalam masa tanam berikutnya petani akan lebih lancar tak ada kendala air. Target luas tambah tanam(LTT) 2017 33.357 ha. Terealisasi 30.327 ha. Tidak capai target karena banyak subak mendapat proyek irigasi. Sebagian besar ada di daerah atas, yakni Payangan dan Tegallalang. Salah satunya Subak Gede Buahan yang luasnya lebih dari 500 ha.