Eks Pabrik Jahe Gajah Dijadikan Tempat Pengungsi - Bisa Tampung 1000 Orang dan 500 Ekor Sapi | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 2 October 2017 19:37
Agung Samudra - Bali Tribune
pengungsi
ALTERNATIF - Kondisi eks Pabrik Jahe Mas Prima di Dusun Buwungan, Desa Tiga, Susut, Bangli, yang dijadikan tempat alternatif untuk pengungsi dari Karangasem.

BALI TRIBUNE - Pemerintah Kabupaten Bangli menyediakan lima titik tempat pengungsian, salah satunya adalah eks Pabrik Jahe Mas Prima di Dusun Buwungan, Desa Tiga, Susut, Bangli. Dengan luas lahan hampir 2,5 hektar mampu menampung 1000 orang pengungsi, dan bisa untuk menambatkan 500 ekor sapi. Walaupun demikian, yang menjadi persolan jika ingin memanfaatkan bangunan pabrik itu, yakni belum adanya pasokan listrik dan air.

Klian Dusun Buwungan I Nengah Sumena mengungkapkan, pihak krama sudah sempat melakukan paruman, jika seandainya di Dusun Buwungan kedatangan pengungsi asal Karangsem. Jika seandainya ada pengungsi yang datang, maka akan meminjam eks pabrik jahe untuk tempat menampung pengungsi. “Kita sudah sempat melakukan kordinasi dengan pemilik pabrik,” ujarnya diamini warga, Kadek Budiartawan.

Menurut Kadek Budiartawan, eks pabrik jahe gajah sangat representatif untuk dijadikan tempat penampungan pengungsi. Pasalnya, selain lokasinyamudah diakses, juga luas bangunan pabrik cukup mumpuni. “Dengan melihat luas banguan pabrik , mampu menampung 1000 orang pengungsi,” ujarnya. Selain itu  lahan kosong  yang masih tersisa yang luasnya hampir 1 hektar mampu menampung 500 ternak sapi. Bahkan dia mengaku  lokasi  pabrik sudah sempat disurvai oleh petugas dari kecamatan. “Petugas sudah sempat melakukan survai lokasi, kamimsifatnya hanya menunggu,” ujarnya.

Disinggung untuk ketersedian listrik dan air ? Kata pengusaha ternak ayam petelor ini, air memang tersedia dan jika dirasa air yang terpasang saat ini tidak mencukupi mengkaver kebutuhan pengungsi untuk sementra bisa memanfaatkan air milik perusaha air mineral yang ada disebelah selatan pabrik. “Kalau hanya digunakan dua sampai tiga bulan tidak menjadi persolan, namun jika digunakan hingga waktu yang lama tentu ini  yang menjadi persoalan ke depannya,” sebutnya.

Begitupula untuk listrik, memang pasokan listrik di pabrik sempat diputus oleh pihak PLN karena  terbentur tunggakan  pembayaran rekening. “Masalah listrik dan air bisa diatasi jika pemerintah serius  menggunakan tempat itu, untuk listrik bisa saja berkordinasi dengan pihak PLN, begitupula untuk air bisa saja menempatkan armada truck tanky dilokasi,”  sebutnya.

Sementara pemilik pabrik, Fandy mengaku wellcome kalau tempatnya digunakan untuk tempat pengungsian. Paparnya sebelumnya lokasi pabriknya sempat disewa oleh sebuah perusahan pupuk yang beralamat di Jakarta. “Kalau ingin menggunakan, silakan saja, tapi sebelum digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu,” sebutnya.

Lanjut Fandy luas lahan pabrik sekitar 2,5 hektar, hampir 1,5 hektar digunakan untuk lokasi pabrik dan ruang perkantoran. “Sisanya 1 hektar masih lahan kosong, jika digunakan untuk tempat pengungsian, maka pengungsi yang memiliki sapi langsung bisa menambatkan sapinya,” jelas Fandy. Dia menambahkan, untuk pengungsi yang membawa mobil tidak susah-susah lagi untuk memarkir kendaraannya karena halama depan pabrik masih sangat luas dan mampu menampung 50 mobil.

Disinggung terkait ketersedian listrik? Kata Fabndy sejatinya sebelum disewa  telah terpasang  listrik , namun  karena terjadi tunggakan pembayaran oleh pihak penyewa akhirnya suplay listrik ke pabrik diputus oleh PLN. “Kita sudah beberpa kali menghubungi  pihak penyewa sebelumnya namun tidak ada jawaban yang jelas,” tegas Fandy. Jika ingin digunakan sejatinya masalah listrik maupun air  bisa diatasi dengan cara berkordinasi dengan pihak PLN. ”Ini sifatnya kan bencana, bisa saja PLN memasang jaringan baru,” sebutnya.

Komandan Pos Komando Penanganan Bencana Gunung Agung Bangli Letkol Inf Susanto Lastua Manurung mengungkapkan, eks pabrik jahe itu adalah salah satu tempat aleternatif untuk menampung pengungsi. “Petugas sudah melakukan survai dan pendataan, jika nantinya mendesak dan sifatnya darurat, akan kita pinjam untuk tempat menampung pengungsi,” jelasnya.

Sedangkan untuk listrik yang belum ada dan masalah air bisa kita kordinasikan nantinya dengan instansi terkait. “Memang lokasinya cukup luas dan sekaligus pengungsi bisa memelihara sapinya,” jelas Lastua Manurung.