Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta 2018, Dihadiri Wabup Suiasa, Kapolda dan Wakapolda Bali | Bali Tribune
Diposting : 19 March 2018 14:49
I Made Darna - Bali Tribune
Budaya
Wakil Bupati Badung, Ketut Suiasa bersama dengan Kapolda dan Wakapolda Bali saat menghadiri pembukaan Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta 2018.
BALI TRIBUNE - Wakil Bupati Badung, Ketut Suiasa bersama Kapolda dan Wakapolda Bali hadir dalam pelaksanaan pawai ogoh-ogoh, Jumat (16/3) malam, serangkaian dengan Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta ke-8. Turut hadir anggota DPRD Badung dapil Kuta, jajaran Muspika kecamatan Kuta, Lurah dan ketua LPM Kuta, Bendesa, prajuru dan Ketua LPD, serta masyarakat Kuta dan para wisatawan yang menginap di Kuta.
 
Wabup Suiasa menyampaikan rasa terimakasihnya kepada masyarakat Kuta, yang kembali secara berkesinambungan melaksanakan kegiatan lomba Ogoh-ogoh, serangkaian hari raya Nyepi dan Tawur Agung Kesanga. Dimana hal tersebut sekaligus sebagai wujud dan komitmen bersama antara Pemkab Badung, bersama dengan masyarakat. Untuk dan akan selalu memperkuat dan memberdayakan serta melestarikan adat, budaya, tradisi, seni. Lebih-lebih hal tersebut merupakan salah satu parameter pihaknya untuk mengukur kesuksesan pembangunan di Badung yang berlandaskan adat, seni, budaya dan tradisi.
 
"Ini adalah sebagai ajang untuk membuktikan, bahwa masyarakat kita selalu menunjukkan jati dirinya. Masyarakat kita sadar bahwa Bali inti dan rohnya ini berkekuatan dari adat, budaya dan seni. Maka roh ini tentu tidak pernah akan matinya, harus dijaga dan terus digalakkan. Kam di Pemkab Badung akan selalu hadir, memperkuat, memperkokoh dan mendukung seni fundamental yang menjadi roh ini," paparnya.
 
Dalam kesempatan tersebut pihaknya juga memberikan dana wujud tali kasih kepada desa adat Kuta. Pihaknya berharap melalui kegiatan tersebut nantinya bisa memberikan suatu nilai positif bagi masyarakat Badung. Selain itu pihaknya juga mengajak masyarakat Kuta, agar melaksanakan Nyepi dengan khusuk, tertib, aman dan nyaman.
 
Bendesa Adat Kuta, Wayan Swarsa menyampaikan terimakasihnya terhadap para undangan yang berkenan melewati malam pengerukpukan di desa adat Kuta. Apalagi hal tersebut menjelang akhir masa ayahan pengurus Desa adat Kuta periode 2013-2018. Melalui apa yang ditampilkan tersebut, pihaknya berharap hal tersebut bisa bermanfaat lebih untuk menunjukan kepada dunia, tentang ajaran dan kearifan lokal Bali yang senantiasa diajegkan dan dilestarikan masyarakat Kuta. "Seni itu adalah identitas Bali dan Desa Adat atau Desa Pakraman yan ada di Bali mempunyai kewajiban dan tanggujawab untuk menjaga dan melestarikan seni, budaya adat Bali.
 
Dipaparkannya Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta yang dihelat ke-8 kalinya tersebut mengambil tema 'Yatna Siksa ring Angga. Dimana Yatna dan Siksa itu mengandung makna yang sama, yang artinya waspada/ 'eling'. Sedangkan Angga artinya diri kita sendiri. Sehingga makna tema tersebut memiliki arti Waspada diri untuk menjaga Desa Adat. Dari segala hal-hal yang bisa mendegradasi desa adat, sebagai penjaga ajaran-ajaran adat Bali yang humanis. Melalui festival tersbeut generasi muda du Kuta juga diberikan ruang dan waktu yang sebebasnya untuk berkreasi secara positif, dalam upaya menjaga identitas mereka sebagai orang Bali ditengah persaingan saat ini. 
 
"Pawai Ogoh-ogoh yang sudah menjadi tradisi, kita kembangkan menjadi suatu bentuk kreatifitas para yowana (pemuda). Sehingga tidak ada budaya mabuk-mabukan dan berantem, sebab Seni itu hakikatnya membuat kita tertawa, nyaman dihati dan bisa dinikmati. Melalui Nyepi ini, mari kita mulat sarira dan melakukan instrospeksi diri, terhadap apa yang kita lakukan dalam tahun yang sudah lewat,"imbuhnya.
 
Sementara ketua panitia Festival Seni dan Budaya Desa Adat Kuta tahun 2018, I Komang Alit Ardana menerangkan menerangkan festival ogoh-ogoh ke-18 dan fragmen tari tersebut menjadi satu rangkaian Festival Seni dan Budaya Desa Adat Kuta ke-8 tahun 2018. Selain ogoh-ogoh dan fragmentari, didalam festival tersebut juga ada lomba Jegeg Bungan Desa Adat Kuta 2018, parade gong kebyar anak-anak dan pasar majelangu. Khusus untuk lomba ogoh-ogoh, fragmentari dan jegeg bungan desa adat Kuta, diikuti oleh 13 sekaa teruna yang ada di desa adat Kuta. "Tujuan kegiatan ini adalah sebagai upaya pelestarian seni dan budaya Bali, warsan leluhur yang adi luhung.
 
Menumbuh kembangkan sportifitas dan solidaritas, kesatuan dan persatuan di kalangan masyarakat Kuta, khususnya di kalangan pemuda di Kuta. Meningkatkan pembinaan aktifitas dan kreatifitas seni budaya Bali, dikalangan generasi muda Kuta. Sebagai media promosi pariwisata, mengingat Kuta adalah daerah destinasi pariwisata dunia, sehingga kegiatan ini sekaligus ajang promosi pariwisata budaya tahunan Desa Adat Kuta,"paparnya sembari menerangkan lomba ogoh-ogoh tersebut nantinya dinilai oleh wisatawan dari 20 hotel yang ditunjuk, sebagai upaya melibatkan wisatawan. Selain itu lomba ogoh-ogoh dan fragmentari akan dinilai oleh dewan juri dari ISI Denpasar.