Final Liga Champions 2016 : Derby Madrid Rasa Eropa | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 28 May 2016 10:34
habit - Bali Tribune
Champions
Cristiano Ronaldo dan Antoine Griezmann

Milan,

Dua tim ibu kota Spanyol, Real Madrid dan Atletico Madrid, akan saling mengalahkan demi mengangkat trofi Liga Champions 2016. Pertandingan Derby Madrileno di kompetisi antarklub paling elit di Benua Biru ini akan dihelat di San Siro, Milan, Minggu (29/5) dini hari nanti.

Laga ini merupakan ulangan partai puncak turnamen yang sama pada 2014. Ketika itu pemenang pertandingan harus ditentukan melalui babak tambahan waktu dan Real Madrid sukses mewujudkan ambisi La Decima. Seperti di Lisbon dua tahun lalu, duel di San Siro dipastikan berjalan sengit. Memprediksi siapa yang akan berjaya tidak akan semudah membalik telapak tangan mengingat kedua tim sama-sama punya kelemahan dan kelebihan yang bisa dieksploitasi satu sama lain.

El Real dikenal punya pola serangan ganas sementara pertahanan Atletico Madrid adalah yang terbaik di Eropa dengan kemampuan menyerang balik cepat dan mematikan. Cristiano Ronaldo sudah pasti jadi andalan Los Blancos, torehan 16 gol di Eropa musim ini telah menggambarkan betapa tajamnya pemain berjulukan CR7 itu. Meski demikian, El Real tak boleh lengah karena Antoine Griezmann bukan nama yang bisa dibiarkan begitu saja.

Berjajarnya klub top Eropa yang meminati jasa Griezmann seolah-olah jadi pengakuan kualitas top yang dimiliki oleh bintang asal Prancis tersebut. Mengabaikan Griezmann, bisa berujung bencana bagi Los Merengues. Saul Niguez jadi pemain berikutnya yang wajib diwaspadai Madrid. Pemain ini punya kontrol kelas wahid pada bola dengan visi bermain jempolan. Umpan-umpan Saul sangat jitu hingga bisa memanjakan barisan serangan Atletico yang dipimpin Fernando Torres.

Ya, nama Fernando Torres pun jangan dilupakan. Penyerang ini punya hobi mengejutkan dunia di laga-laga besar. Berbicara lini belakang, rasanya tidak perlu panjang lebar dan terasa sah jika Atletico mengklaim sebagai raja Eropa di sektor ini namun ketangguhan mereka dipastikan mendapat tes keras di San Siro. Pasalnya, Real Madrid dikenal punya barisan penyerang dan gelandang dengan naluri tinggi menyerang dari segala sisi.

Kreativitas Rela Madrid saat menyusun serangan pantas diacungi jempol. Rekor Cristiano sudah bisa berbicara sendiri terkait kualitasnya dan ancaman yang bisa dihadirkan Madrid bisa juga diciptakan oleh Karim Benzema dan Gareth Bale. Selain Trio MSN milik Barcelona, tiga penyerang Madrid yang dikenal dengan sebutan Trio BBC ini juga ditakuti di Eropa dengan 20 gol dari 26 penampilan Liga Champions. Performa menanjak yang diperlihatkan Casemiro bisa menambah rasa aman bagi Madrid.

Berbicara serangan, Madrid boleh mengklaim punya seribu akal untuk membongkar pertahanan lawan. Tetapi, Atletico yang menyimpan potensi melancarkan satu serangan yang dapat mengakhiri laga, maka pertarungan di lini tengah jelas bakal jadi sorotan utama. Kita nantikan dan nikmati bersama adu racik strategi antara Zinedine Zidane dan Diego Simeone yang melibatkan para pesepakbola top dunia di final Liga Champions nanti. Anda menjagokan yang mana?

Bidik Rekor Spesial

Cristiano Ronaldo membidik rekor spesial. Di final Liga Champions keempatnya ini, Ronaldo membidik rekor mencetak gol di tiga laga final yang hingga kini belum diraih pemain manapun. Sejak era Liga Champions, belum ada satupun pemain yang bisa cetak gol di tiga final.

Samuel Eto’o, Raul Gonzalez dan Lionel Messi hanya mencetak gol di dua laga final. Seperti dilansir Marca, di era bukan Liga Champions, Alfredo Di Stefano, legenda Madrid, memang pernah mencetak gol di 5 laga final Champions sejak 1956 hingga 1960.

Ronaldo mencetak gol di final Liga Champions 2008 saat masih membela Manchester United. Dia membantu MU merebut gelar Liga Champions yang ketiga kalinya. Pada laga final di musim 2008-2009, Ronaldo gagal cetak gol kala MU dikalahkan Barcelona 0-2.

Satu gol lagi dicetaknya di final Liga Champions 2013-2014 di Lisbon bersama Real Madrid. Los Blancos saat itu mengalahkan Atletico Madrid 4-1 lewat perpanjangan waktu. Keberhasilan itu juga membuat Madrid berhasil merebut gelar ke-10 di Eropa atau La Decima.

Seharusnya, Ronaldo bisa dengan mudah melakukan misinya itu. Meski itu bukan jaminan Madrid bisa keluar sebagai pemenang. Soalnya produktivitas gol Ronaldo di Liga Champions secara keseluruhan memang sangat luar biasa. Sejak 2003, Ronaldo sudah cetak 93 gol.

Tepatnya, itu dilakukan CR7 dari 126 pertandingan yang sudah dilakukannya bersama MU dan Real Madrid. Pada musim 2013-2014, Ronaldo mencetak rekor dengan mengemas 17 gol hingga laga final. Ronaldo butuh satu gol lagi untuk menyamakan rekor karena musim ini sudah mengemas 16 gol.

Ingin Cetak Sejarah

Atletico Madrid pernah sudah sangat dekat untuk meraih trofi Eropa pertama kalinya pada tahun 2014. Sempat unggul satu gol dari Real Madrid hingga injury time babak kedua, mimpi Atletico buyar di menit ke-93 setelah satu tandukan Sergio Ramos memaksa dilakukannya babak ekstra time.

Real Madrid tampil menggila untuk mengamankan trofi ke-10 mereka dengan memenangkan pertandingan 4-1 di Lisbon, Portugal. Satu-satunya penampilan lain Atletico di final Liga Champions yaitu pada tahun 1974, juga berakhir dengan kekalahan telak, 4-0, dari Bayern Muenchen.

Punya pengalaman pahit dengan el Real di laga pemuncak Liga Champions, laga final pada akhir pekan nanti Atletico tak sekadar mengusung misi balas dendam. Menurut pemain belakang Los Rojiblancos, Koke, timnya hanya fokus untuk meraih kemenangan di final nanti.

“Balas dendam bukan motivasi utama. Kami hanya ingin menjadi juara Liga Champions untuk pertama kalinya,” kata Koke kepada La Gazzetta dello Sport. “Kami hanya ingin membuat sejarah. Itulah motivasi terbesar kami di laga ini. Kami ingin pulang dengan membawa trofi juara,” pungkasnya.

Dalam kesempatan ini, Koke menyebut Diego Simeone menjadi bagian paling penting untuk bisa menembus final. Menurutnya, metode pelatih Atletico Madrid itu membuat skuad Atletico Madrid selalu antusias menjalani pertandingan. “Kami tidak pernah mengurangi intensitas meski hanya laga persahabatan. Dia selalu berpesan kalau semua laga adalah final,” kata Koke.