Gubernur Kecewa, Data Pengungsi Tak Akurat | Bali Tribune
Diposting : 10 October 2017 18:49
Redaksi - Bali Tribune
Pasar Seni
Suasana di Posko Pengungsian Pasar Seni Manggis.

BALI TRIBUNE - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengaku sangat kecewa dengan ketidakakuratan data jumlah pengungsi. Karenanya, seluruh kepala desa se-Karangasem dan instansi terkait dikumpulkan untuk rapat koordinasi di Pos Komando Darurat Gunung Agung, di Pelabuhan Tanah Ampo, Manggis, Senin (9/10).

Usai rapat koordinasi, kepada wartawan gubernur menjelaskan, sampai saat ini kondisi Gunung Agung masih dalam status awas, dimana meski frekuensi gempa mengalami fluktuatif, namun aktivitas kegempaan yang terjadi masih relatif tinggi. Pemprov Bali dan Pemkab Karangasem masih menyatakan situasi dalam keadaan darurat. Sedangkan status darurat pengungsi yang ditetapkan provinsi berlaku sampai tanggal 12 Oktober mendatang.

“Kalau statusnya masih awas maka daruratnya akan terus kita perpanjang, sebaliknya jika statusnya diturunkan maka status daruratnya juga akan dicabut,” ujarnya.

Kalau ada pertanyaan sampai kapan darurat ini akan berlangsung, pihaknya menegaskan yakni selama Gunung Agung berstatus awas. Pihaknya meminta maaf karena ada kesalahan informasi tentang jumlah penduduk yang mendiami 28 desa yang masuk dalam zona merah. Gubernur juga mengungkapkan kekecewaannya karena selama ini pihaknya disodorkan data yang tidak akurat. Dimana data tak akurat yang disodorkan itu tercatat ada sebanyak 70 ribu jiwa yang mendiami 28 desa dalam radius 12 kilometer dari kawah.

Padahal berdasarkan pendataan ulang yang dilakukan pihaknya, ternyata jumlah penduduk di 28 desa yang masuk dalam zona merah radius 12 kilometer dari kawah Gunung Agung itu sebanyak  185.865 jiwa, yang terdiri dari 54.788 kepala keluarga. Jumlah ini mendiami 202 dusun yang ada di 28 desa tersebut.

“Kalau dihitung dari 28 desa terdapat sebanyak 239 dusun. Namun dari 239 dusun itu hanya 202 dusun saja yang masuk dalam zona merah. Jadi saya ralat apa yang saya sampaikan beberapa hari ini, karena memang ada kesalahan informasi dan setelah kita data lebih rinci dan lebih akurat hari ini, kita akan dapat data pengungsi yang riil, by name by address,” ralatnya.

Pastika mengatakan, kemarin pihaknya telah selesai mencetak kartu identitas pengungsi, yang akan dibagikan kepada msing-masing kepala desa yang masyarakatnya berada dalam zona merah, sehingga akan diperoleh lagi data yang paling akurat. Ini, menurutnya sangat penting karena menyangkut berbagai hal yang harus dipersiapkan, utamanya masalah logistik, masalah unit-unit kesehatan, sekolah, shelter, keamanan dan masalah lainnya yang menyangkut akurasi data.

“Jadi tidak sembarangan, kita perlu data akurat untuk menyusun daftar kegiatan ke depan karena ini menyangkut anggaran.  Kita tidak bisa mengira-ngira begitu saja,  karena harus tahu persis sebab menyangkut anggaran. Kalau ternyata kurang? Itu yang paling berat karena harus mencari tambahannya,” cetusnya mengingatkan.

Menurutnya sudah waktunya melakukan konsolidasi, rekonsiliasi, dan diharapkan semua yang hadir dalam rapat koordinasi kemarin itu bisa langsung bekerja, untuk menindaklanjuti hasil rapat.

Sementara untuk pengungsi yang tinggal di luar zona merah radius 12 kilometer, pihaknya meminta agar segera pulang. Karena pengungsi bersangkutan tidak akan mendapatkan kartu pengungsi.

“Karena dari kartu itu kita akan lihat logistiknya. Distribusi anggaran pendidikan juga belum, untuk itu nanti kita akan cari tahu dari data tersebut, berapa jumlah anak sekolahnya. Jadi kaitannya panjang. Makanya di kartu itu dituliskan juga umur pengungsinya,” ulasnya.

Untuk warga yang tinggal di zona merah dan masih berada di rumah, pihaknya meminta agar segera mengungsi. “Kalau saatnya Gunung Agung meletus tapi tidak mau mengungsi kita akan paksa,” pungkasnya.