Hari Raya Saraswati, Pedagang Daging Keren Kebanjiran Order | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 24 June 2016 14:10
Agung Samudra - Bali Tribune
daging
BERSIHKAN – AA Putra saat beraktifitas bersihkan daging ayam untuk keren.

Bangli, Bali tribune

Hari Raya Saraswati yang dimaknai oleh umat Hindu sebagi hari turunya ilmu pengetahuan jatuh pada Saniscara  Umanis Wuku Watugunung, Sabtu (25/6) rupanya berimbas pada omset yang diraih oleh para pedagang daging keren. Beberapa pedagang  mengaku kebanjiran order bersamaan dengan hari raya Saraswati. Ditengah membludaknya order justru pedagang mengleluh  sulitnya  mendapatkan upih (pelapah daun pinang) yang fungsinya untuk membungkus daging.

Memurut AA Putra salah seorang pedagang daging keren, Kamis (23/6), mengaku bisnis yang digelutinya ini adalh bisnis turun temurun artinya pekerjaan yang dilakoninya melanjutkan pekerjaan yang digeluti sebelumnya almarhum orangtuanya. “Ini termasuk usaha keluarga,” ujarnya.

Dia mengaku bertepatan hari raya besar agama Hindu,  permintaan daging keren cukup tinggi. Dia mencontohkan di hari raya saraswati, dimana pesanan yang telah masuk sudah mencapai 250 pesanan dan kemungkinan besar jumlah pesanan akan terus bertambah. “Untuk daging yang kita gunakan adalah daging ayam  atau juga daging bebek,” ujar pedagang asal Puri Kanginan Bangli ini.

Dia mengaku untuk pesanan  bukan saja datang dari seputaran Bangli namun tidak sedikit datang dari  luar daerah  seperti Gianyar dan Denpasar. Pria yang membuka usaha di Jalan Majapahit di sebelah timur Bank BPD Bangli ini mengaku untuk harga keren daging ayam Rp 90.000/biji, sementara untuk keren berbahan daging bebek sebesar Rp 115.000/biji. “Untuk harga tergantung  harga ayam atau bebek, jika harga naik otoamtis harga daging keren juga ikut naik,” kata Agung Putra.

Sementara untuk proses pembuatan tergolong cukup rumit. Pertama, ayam atu bebek satu ekor utuh dibersihkan, lalu diberi bumbu Basa Gede yang berbahan bawang merah, bawang putih, cabe, garam, lengkuas, kunyit, jahe, kencur, ketumbar, merica, daun salam yang telah dulek halus.

Selanjutnya ayam yang telah dibumbui ini dibungkus dengan rapi dengan menggunakan Upih (pelepah daun pinang). Dipilihnya upih karena upih tahan api dan teksturnya sangat lentur sehingga tidak mudah sobek.

Setelah dibumbui dan dibungkus dengan upih, ayam dimasak dengan cara membakarnya di atas tungku sekam, lalu dieram di dalam paso tanah liat lalu dikubur lagi dengan sekam dan dibakar dengan menggunakan sabut kelapa. “Untuk proses pembakaran memakan waktu sampai  tujuh jam lebih,” jelasnya.