Iklim Indonesia Dipengaruhi Lalina Lemah, Masyarakat Diminta Antisipasi Cuaca Extreme | Bali Tribune
Diposting : 4 April 2018 21:01
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
Herizal
BALI TRIBUNE - Kondisi iklim dan cuaca di wilayah Indonesia pada tahun ini diprakirakan masih akan tetap diwarnai oleh fenomena extreme, sehingga masyarakat diminta sejak awal mewaspadainya. 
 
Deputi Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal ditemui usai pembukaan Sosialisasi Aroklimat Provinsi Bali di Kabupaten Jembrana, Selasa (3/4), menyatakan dari pengamatan yang dilakukan BMKG, iklim Indonesia pada tahun 2018 ini hampir sama dengan iklim tahun 2017. Ia menyebut tahun ini sebagai tahun netral fenomena cuaca extreme masih akan terjadi.
 
 “Kendati memang tahun ini masih sebagai tahun netral tetapi fenomena extrim yang biasanya mengganggu iklim Indonesia masih akan terjadi,” ungkapnya. 
Dari hasil pengamatan, pihaknya memprediksi beberapa daerah di Indonesia mulai bulan April ini sudah mulai memasuki musim kemarau. Puncak musim kemarau diprakirakan akan terjadi pada bulan Agustus mendatang Menurutnya yang harus dihindari saat kemarau adalah dampak ikutan dari kemarau itu sendiri seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dan menurunnya debit air hingga kekeringan. “Memang sekarang ini belum terlalu karena baru mulai musim kemarau, kita khawatirkan nanti ketika Agustus saat puncak musim kemarau, ini yang harus diwaspadai termasuk juga diwilayah Bali,” paparnya.
 
Dikatakannya di Indonesia selain musim penghujan dan musim kemarau juga ada musim pancaroba yang sangat berpengaruh pada aktifitas masyarakat. “Kebetulan bulan April ini diprediksi musim tansisi antara musim hujan dan musim kemarau. Ketika musim pancaroba ini akan tetap masih ada hujan-hujan ektrem yang terjadi meskipun tidak sering namun perlu diwaspadai,” jelasnya.
Iklim ada yang normal dan juga ada extreme, fenomena yang mengganggu di wilayah Indonesia ada dua yaitu elnino dan lanina. Namun saat ini gejala iklim elnino dan lalina dipastikannya sudah bisa dipantau sehingga bisa diketahui lebih awal. Seperti yang pernah terjadi tahun 2015 silam saat itu iklim Indonesia diwarnai elnino dan sejak awal sudah bisa diperkirakan masa keringnya berlangsung cukup panjang.
 
Begitupula cuaca dan iklim juga berpengaruh pada aktifitas masyarakat agraris. 
Menurutnya, ketika berbicara masalah pertanian di dalamanya ada komponen seperti komponen bibit, komponen lahan, komponen pupuk serta komponen iklim atau cuaca. Iklim dan cuaca sampai sekarang belum bisa dikendalikan, sehingga yang bisa dilakukan hanyalah menyesuaikan aktiftas pertanian dengan kondisi iklim maupun cuaca. Pemahaman masyarakat terhadap cuaca dan iklim menurutnya sangatlah penting untuk mewaspadai segala kemungkinan yang akan terjadi untuk beberapa waktu kedepannya. “Masyarakat harus benar-benar bisa memahami iklim dan cuaca sehingga bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan dari iklim yang terjadi 3 sampai 6 bulan kedepannya,” jelasnya.
 
Salah satu upaya meningkatkan pemahaman msayarakat terhadap iklim dan cuaca seperti melalui sekolah lapang iklim (SLI) dan sosialisasi agrokilimat. Masyarakat khususnya petani juga sampai saat ini belum banyak yang memahami cuaca dan iklim sehingga melalui upaya-upaya desiminasi tersebut diharapkannya pemahaman masyarakat meningkat.  “Ke depannya ifnormasi cuaca dan iklim akan semakin mudah diakses tetapi ketika masyarakat tidak mengetahui juga tidak akan berarti apa-apa,” ungkapnya.  
 
Dengan sosialisasi yang didorong agar bisa terus-menerus dilaksanakan diharapkan secara perlahan bisa mengedukasi masyarakat termasuk juga petani sehingga ke depan masyakarat bisa secara langsung  membaca informasi cuaca dan iklim yang disediakan.  
 
Kendati tahun ini merupakan tahun netral, namun pihaknya meminta masyarakat sejak awal sudah bisa mencari strategi menghadapi kemungkinan datangnya tahun extreme. Hingga Mei dan Juni Indonesia akan dipengaruhi oleh lanina lemah sehingga kondisi udara akan sedikit agak basah dan dibeberapa daerah diprediksi musim kemaraunya juga  akan mundur dari musim kemarau tahun sebelumnya.  “Kondisi ini jelas perlu diantisipasi termasuk oleh patani seperti memilih varietas padi yang cocok ditanam serta menyesuaikan masa cocok tanamnya,” tandas pejabat pusat ini.