Irigasi Dilanda Lahar Dingin, 1.180 Hektare Sawah Terancam Puso | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 30 November 2017 22:41
Ketut Sugiana - Bali Tribune
Lahar
Lahar dingin yang menerjang saluran irigasi di Klungkung.

BALI TRIBUNE - Pasca-ditutupnya saluran irigasi ke wilayah 12 subak di dua kecamatan oleh Balai Wilayah Sungai Bali Penida, mengakibatkan sekitar 1.180 hektare sawah di Kecamatan Dawan dan Kecamatan Klungkung terancam kekeringan.

Penutupan saluran irigasi oleh Balai Wilayah Sungai Bali Penida dilakukan sejak Senin lalu lantaran irigasi yang memanfaatkan aliran air Tukad Unda itu terus digelontor lahar dingin akibat hujan deras dan erupsi Gunung Agung. Lahar dingin inilah yang akan merusak kontur pertanian.

Sementara itu keadaan  di Subak Toya Ehe, Desa Gelgel, irigasi subak juga sudah dialiri lahar dingin. Air tampak seperti lumpur berwarna cokelat. Di Kecamatan Dawan terdapat 7 subak yang terdampak banjir lahar dingin, seperti Subak Dawan, Subak Sampalan Baler Margi, Subak Sampalan Delod Margi, Subak Telaga, Subak Pesinggahan, Subak Kusamba dan Subak Gunaksa.

Sedangkan di Kecamatan Klungkung ada 5 subak terdampak yakni, Subak Lemek di Semarapura Kelod, Subak Toya Cawu, Subak Toya Ehe di Desa Gelgel, Subak Pegatepan dan Subak Kacang Dawa, Desa Kamasan. Untungnya sebagian subak di Kecamatan Dawan sudah panen, sebagian lagi sedang persiapan bercocok tanam yang dijadwalkan awal Desember ini. Kondisi yang sama terjadi  pula di Kecamatan Klungkung, sebagian subak sudah ada yang panen padi, selebihnya persiapan mau cocok tanam.

Data di Dinas Pertanian, subak yang sudah persiapan untuk cocok tanam seperti, Subak Sampalan Baler Margi, Subak Sampalan Delod Margi, Subak Telaga, Subak Pesinggahan, Subak Kusamba, Subak Gunaksa.

“Kami masih berkoordinasi, sampai kapan penutupan irigasi itu. Jika waktunya lama, kami juga masih memikirkan apakah memungkinkan memberikan ganti rugi kepada petani khususnya yang sudah melakukan pembibitan, ini kami masih koordinasikan dengan PPL,” tandas Kadis Pertanian Ida Bagus Gde Juanida, kemarin.

Dirirnya meminta  kepada petani yang sudah panen padi dan yang akan bercocok tanam memilih komoditi nonpadi untuk musim tanam berikutnya. “Jika kondisi ini berlangsung lama, agar lahan tidak telantar kami menyarankan petani untuk memilih komoditi nonpadi seperti jagung, kedelai, semangka untuk musim tanam berikutnya,” tandas Ida Bagus Juanida.

Sebab, menurutnya, komoditi nonpadi ini tidak membutuhkan air terlalu banyak. “Cukup dengan air hujan saja sudah bisa tumbuh, apalagi sekarang musim hujan,” kata pejabat asal Dawan ini seraya mengaku akan sosialisasi ke petani melalui petugas lapangan.

Soal dampak lahar dingin terhadap tanaman, Juanida mengatakan, jika tanaman sampai terkena lahar dingin, tanaman itu bisa mati. Pun kesuburan tanah berkurang, akibat lahar dingin itu diperkirakan mengandung sat belerang. “Apalagi lahar dingin itu cepat padat, tentu sulit bagi petani untuk mengolah tanah sawahnya,” bebernya.

Salah seorang petani di Subak Toya Ehe, Anak Agung Gde Ngurah menyatakan, dirinya terpaksa menunda rencana cocok tanam yang dijadwalkan dua minggu lagi. “Saya sudah lakukan pembibitan, tapi karena air irigasinya seperti ini, terpaksa harus dituda dulu , ketimbang merugi,” ujarnya.

Di sisi lain Bupati Klungkung Nyoman Suwirta malah dengan tenang menyebutkan jika keadaan seperti itu dalam jangka panjang kita harus sabar karena itu memang kehendak alam yang tidak mungkin kita lawan.

”Ya jika dalam waktu lama kita musti cari alternatif lain untuk pengairan sawah petani ini bisa lancar seperti kita buat sumur bor diperbanyak ,ya itu dilakukan jika sampai kekeringan melanda bertahun tahun,”sebutnya.