ITB Pantau Kegempaan Gunung Agung dan Batur | Bali Tribune
Diposting : 17 January 2019 19:59
redaksi - Bali Tribune
Gunung Agung dilihat dari Batu Dawa
BALI TRIBUNE - Institut Teknologi Bandung (ITB) mengutus penelitinya memasang alat pendeteksi gempa di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Tujuannya, untuk memantau aktivitas kegempaan dan vulkanik Gunung Agung.
 
Perbekel Desa Ban, I Wayan Potag, kepada wartawan Rabu (16/1) membenarkan hal tersebut. Menurutnya, alat pendeteksi aktivitas kegempaan Gunung Agung tersebut sudah dipasang di beberapa titik, hanya saja alat itu baru bisa bekerja dengan baik setelah satu minggu.
 
 “Benar, alat itu sudah dipasang, namun untuk mengetahui aktivitas kegempaan di Gunung Agung baru diketahui satu minggu setelah alat itu dipasang,” sebutnya kepada wartawan, kemarin.
 
Untuk pemasangan alat tersebut, kata Wayan Potag, pihak ITB rencananya memasang di empat titik, satu titik di antaranya dipasang di dekat Kantor Desa, sementara sisanya dipasang di Dusun Temakung dan Dusun Jatituhu dan lokasi lainnya yang ditentukan pihak ITB.
 
 “Titik lainnya saya belum tau pasti, karena kemarin saya lupa minta nomor peneliti ITB. Tapi informasinya minggu ini rencananya akan dilanjutkan pemasangannya,” ungkapnya.
 
Ada beberapa alasan kenapa pihak ITB memilih Desa Ban untuk pemasangan alat pendeteksi kegempaan tersebut, salah satunya karena Desa Ban berada di KRB III dan sangat dekat dengan Gunung Agung. Namun titik koordinat pemasangan alat itu sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak ITB yakni di pertengahan antara Gunung Batur dengan Gunung Agung.
 
“Saya lupa nama alatnya, tapi itu alat pendeteksi gempa Gunung Agung dan Gunung Batur,” ucapnya.
 
Namun saat ini alat itu kata dia masih dalam tahap uji coba sementara untuk power atau kelistrikannya menggunakan power panel tenaga matahari atau solar cell.
 
Pihaknya sangat mendukung pemasangan alat tersebut, mengingat selama ini Desa Ban merupakan daerah paling parah terdampak guncangan gempa, baik gempa tektonik yang terjadi di Lombok, maupun gempa-gempa yang terjadi akibat aktivitas Gunung Agung.
 
“Desa kami paling parah terkena dampak guncangan gempa, di mana banyak rumah warga kami yang roboh. Bahkan rumah saya sendiri atapnya roboh,” bebernya.