Kendalikan Inflasi, Pemerintah Terapkan HET Beras | Bali Tribune
Diposting : 11 January 2018 21:42
Arief Wibisono - Bali Tribune
Niaga
dari kiri ke kanan: Kadivre Bali Perum Bulog, Wahyu Sutanto; Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disdagperin Provinsi Bali, Cok Arina; Direktur Tertib Niaga Kemendag, Veri Anggrijono; Kabid Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN), Raka Armaja; Disdagperin Kota Denpasar, Jarot Priyono, meninjau langsung Gudang Bulog di Kediri, Tabanan.

BALI TRIBUNE - Komoditas beras menjadi salah satu perhatian pemerintah karena beras merupakan salah satu kebutuhan strategis yang bisa memicu inflasi. Stok beras untuk masyarakat Bali beberapa bulan ke depan masih mencukupi.

“Kalau persediaan beras untuk tiga bulan ke depan aman. Jadi tak ada masalah,” ujar Direktur Direktorat Tertib Niaga Kementerian Perdagangan, Veri Anggrijono, Rabu (10/1) di Kediri, Tabanan, usai rapat koordinasi dengan stakeholder terkait perberasan yang terdiri dari Kepolisian, Bulog, Disperindag, penyalur dan dinas pasar. Melalui rapat tersebut diharapkan ada satu langkah dan persepsi yang sama untuk mengawal kebutuhan beras di Bali sehingga bisa aman dan sampai ke pedagang serta dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.350.

Cara itu juga sekaligus bisa memutus mata rantai spekulan sehingga harga beras bisa sesuai dengan yang diinginkan. Dikatakan dengan melibatkan satgas pangan tak ada lagi beras Bulog jatuh ke spekulan. Jadi beras Bulog langsung masuk ke pedagang. “Adanya pemotongan rantai distribusi ini terbukti harga bisa sesuai dengan yang diinginkan,” katanya sembari menambahkan dengan adanya HET mampu menekan laju inflasi yang kerap menjadi momok.

Ditanya minat masyarakat mengkonsumsi beras Bulog, Veri mengatakan terus meningkat. Memang sebelumnya ada persepsi kalau beras Bulog jelek. “Namun setelah kita drop ke pasar-pasar ternyata terserap dengan cepat,” ujarnya usai melakukan operasi pasar beras di Tabanan. Veri menambahkan ke depan upaya untuk merubah mindset masyarakat terhadap beras Bulog harus dilakukan. Sebab sesungguhnya beras medium Bulog kualitasnya cukup bagus. Ia melihat di Bali masyarakat tak begitu membedakan atau tak ada pengkotak-kotakan apa itu beras medium (Bulog) atau premium.

Masyarakat lebih melihat sesuai kebutuhan dan harga. “Seperti tadi, beras Bulog kita gelontor ke satu pedagang pasar sebanyak 20 karung dalam sekejap separuhnya sudah terjual. Ini membuktikan kalau masyarakat tak terlalu membedakan beras medium atau premium. Yang penting harga dan kualitasnya bisa masuk,” jelas Veri. Soal kebutuhan konsumsi beras di Bali, Veri yang didampingi Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Bali Cok. Arina mengatakan sekitar 37 ribu ton per bulan.