Kondisi Belum Stabil dan Perekonomian Lumpuh, Korban Gempa Lombok Mengungsi ke Jembrana | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 28 Maret 2024
Diposting : 21 August 2018 11:15
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
PENGUNGSI LOMBOK - Chairul Umar (25) bersama istrinya Suyanti (32) serta kedua anaknya Dewi Sekar Ayu (10) dan Novian Chairul Saputra (9 bulan) asal Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB mengungsi ke Jembrana.
BALI TRIBUNE - Gempa bumi yang melanda Pulau Lombok, NTB membuat  sejumlah warganya mengungsi bahkan hingga ke Jembrana. Warga Lombok yang mengungsi ditampung di rumah keluarganya di Jembrana. Seperti Chairul Umar (25), pengungsi dari Pulau Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara yang kini menumpang bersama istri serta dua anaknya di rumah salah satu warga di Dusun Ketapang, Desa Pengambengan, Negara.
 
"Saya memutuskan ke rumah saudara di sini (Pengambengan) karena mencari tempat yang lebih aman. Apalagi anak saya masih trauma akibat gempa," ungkapnya saat ditemui Senin kemarin.
 
Sebelum mengungsi ke Jembrana, ia mengaku setelah gempa kuat mengguncang Lombok Utara beberapa waktu lalu, ia bersama keluarganya sempat beberapa hari hidup di penampungan pengungsian dan juga sempat pulang ke rumah ibunya di Ampenan, Kota Mataram. 
 
Namun gempa masih terus dirasakan oleh warga di Pulau Lombok sehingga aktivitas warga dan ekonomi di Lombok saat ini masih belum stabil.
 
Dengan pertimbangan keselamatan serta agar bisa mencari pekerjaan sementara, ia mengajak istrinya Suyanti (32) serta kedua anaknya Dewi Sekar Ayu (10) dan Novian Chairul Saputra (9 bulan) mengungsi ke Jembrana.
 
Kendati ia bersama keluarganya sudah tiba di rumah sepupunya, Yaniah (40) di Desa Pengambengan Jumat (17/8) lalu namun ia mengaku masih sering kaget saat mendengar bunyi keras karena sebelum gempa keras di Lombok, ia bersama warga lainnya sempat mendengar suara seperti dentuman. 
 
"Rata-rata orang di Lombok Utara mendengar dentuman keras sebelum gempa datang. Makanya sampai sekarang, meskipun tidur kalau ada bunyi saya masih sering kaget," ujarnya.
 
Sebelum dilanda gempa bumi, di Pulau Gili Trawangan, ia bersama istrinya sehari-hari berjualan baju di sekitar objek wisata. Namun akibat gempa kuat yang mengguncang beberapa waktu lalu diakuinya kondisi pulau menjadi luluhlantak dan perekonomian menjadi lumpuh, sedangkan bekal yang minim yang ia bawa saat ini sudah mulai habis.
 
 Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Jembrana, I Ketut Eko Susilo Artha Permana dikonfirmasi kemarin mengatakan, pihaknya sudah menyebarkan formulir ke seluruh desa dan kelurahan untuk diisi jika ada pengungsi yang masuk ke wilayahnya. 
 
"Yang di Desa Pengambengan ini, kami sudah koordinasi dengan aparat desa setempat agar dilakukan pendataan sebagai dasar kami memberikan bantuan," ujarnya.