Lebih 53 Ribu Orang Masuk Bali | Bali Tribune
Diposting : 12 July 2016 10:25
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
Pelabuhan Gilimanuk
Mereka yang masuk Bali harus menjalani pemeriksaan identitas di Gilimanuk.

Negara, Bali Tribune

Lebih dari 53 ribu orang telah memasuki Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk seiring berakhirnya libur panjang Lebaran, Minggu (10/7) lalu. Angka itu belum termasuk pengguna jasa penyeberang Jawa-Bali yang menggunakan mobil dan kendaraan roda dua.

Data PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang, Senin (11/7), tercatat pada puncak arus balik tersebut penumpang yang masuk Bali melintasi Selat Bali sebanyak 53.916 orang. Sedangkan untuk kendaraan roda empat  sebanyak 5.662 unit serta kendaraan roda dua mencapai 10.101 unit. 

Dibandingkan dengan arus masuk Bali yang semakin meningkat pada hari-hari sebelumnya pasca-Idul Fitri, pada H+3 Lebaran lalu merupakan jumlah arus masuk ke Bali tertinggi. Statistik ASDP mencatat ada selisih atau penurunan pada kendaraan roda empat yang masuk Bali hari sebelumnya yaitu menurun 60 unit.

Sedangkan peningkatan terjadi pada penumpang yang mengalami kenaikan jumlah mencapai 4.636 orang dan kendaraan roda dua naik 2.789 unit. Pada H+2 Lebaran hari Sabtu (9/7) sampai Minggu (10/7) selama 24 jam, data menyebutkan terdapat 49.280 orang penumpang serta 5.722 unit kendaraan roda empat dan 7.312 unit kendaraan roda dua.

Adanya peningkatan jumlah arus balik menuju Bali itu dibenarkan Humas PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang, Sandi Nugroho. Saat dikonfirmasi Senin (11/7), ia mengatakan puncak arus balik ke Bali itu sesui dengan yang diprediksi sebelumnya. Peningkatan pada puncak arus balik ini, menurutnya karena setelah libur panjang Lebaran selama sepekan, selain para siswa mulai sekolah juga PNS dan karyawan swasta kemarin sudah mulai bekerja, sehingga pada Minggu lalu para pemudik yang berlibur dan merayakan hari raya di kampungnya di luar Bali harus kembali.

Sementara pada H+4 Lebaran, kemarin penumpang yang menuju Pelabuhan Gilimanuk dari Pelabuhan Ketapang mengalami penurunan dan tampak semakin lengang dibanding hari-hari sebelumnya. Kendati begitu, di areal Pelabuhan Ketapang masih tampak dipadati beberapa kendaraan roda dua dan roda empat yang hendak menyeberang.

Begitu pula dengan antrean, kata Sandi Nugroho sudah  tidak terlalu menumpuk dan penyeberangan relatif lancar termasuk saat puncak arus balik pada akhir pekan lalu. Hanya saat puncaknya itu areal di dalam pelabuhan cukup padat.

Benturan

Sementara itu, akibat banyaknya kapal yang beroperasi dan tidak sebanding dengan jumlah dermaga, menyebabkan waktu mengambang kapal di laut (sailing time) menjadi lebih lama kendati banyak kapal yang mempercepat waktu bongkar muat.

Waktu penyeberangan Ketapang-Gilimanuk kini minimal ditempuh lebih dari satu jam yang standarnya ditempuh selama 45 menit. Hal ini berdampak pada para pengguna jasa penyeberangan Jawa-Bali yang harus sabar menunggu di tengah laut karena harus terhenti sekitar 20 menit sebelum mendapat giliran berlabuh di dermaga. Kondisi ini terjadi saat cuaca cerah dan gelombang laut relatif normal.

Beberapa kapal saat akan bongkar muat, juga mengalami benturan dengan dermaga sehingga menyebabkan goncangan cukup keras. Seperti yang terjadi kemarin, dimana salah satu kapal ferry yang awalnya bersandar di Dermaga MB II yang lokasinya dekat dengan Dermaga LCM tetapi malah pindah ke Dermaga MB II, yang letaknya paling ujung dan benturan tidak terelakkan.

Akibatnya sejumlah sepeda motor di atas kapan ambruk karena kerasnya guncangan akibat kapal mengalami benturan. Benturan pertama terjadi di bagian belakang kapal disusul benturan kedua pada ramdoor di dekat parkir motor.

Kendati tidak ada korban jiwa, akibat peristiwa ini banyak penumpang yang telah bersiaga di samping motornya harus terjepit sepeda motor yang ambruk dan cukup banyak sepeda motor mengalami kerusakan pada bagian body dan kaca spion yang pecah.

Adanya sailling time  yang cukup lama ini, dibenarkan General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang. Menurutnya karena jumlah dermaga terbatas sehingga waktu mengambang menunggu giliran berlabuh kapal tersebut tidak bisa dihindari.