Makepung Bupati Cup 2017 Berlangsung Semarak, Berharap Ada Lagi Gubernur Cup | Bali Tribune
Diposting : 20 November 2017 20:08
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
Makepung
TRADISIONAL – Makepung merupakan seni tradisional berupa lomba sapi yang biasanya diiringi oleh musik jegog terbuat dari bambu. Seni tradisional ini menjadi trademark Kabupaten Jembrana, karena adanya memang di sana. Bahkan lombanya pun, hingga Gubernur Cup.

BALI TRIBUNE - Makepung Jembrana Cup 2017 kembali digelar di sirkuit pakepungan Sang Hyang Cerik, Desa Tuwed, Melaya Minggu (19/11). Selama event tahunan ini berlangsung, peserta makepung (joki) terlihat antusias dan bersemangat untuk memacu pasang kerbau mereka.

Warga yang menyaksikan kerbau atau sapi jagoan mereka serta wisatawan asing yang sejak pagi telah memadati arena pakepungan pun tidak kalah antusias untuk mengabadikan momen tradisi khas Jembrana ini. Blok Ijogading Barat yang juga sebagai tuan rumah sukses menjadi juara umum pada event tahun ini.

Pada hasil akhir Sekha Makepung Ijogading Barat berhasil menang pada tiga kategori lomba sekaligus mengungguli Sekha Ijogading Timur. Ijogading Barat berhasil memperoleh total poin 42 dan unggul atas Ijogading Timur yang hanya memperoleh total 14 poin. Sekhe Ijogading Barat secara otomatis meraih juara umum dan meraih piala bergilir serta hadiah uang tunai puluhan juta rupiah. Sementara sekaa Ijogading Timur sebagai juara umum dua mendapat hadiah uang tunai.

Koordinator Makepung Jembrana, I Made Mara menuturkan pada event Jembrana Cup kali ini diikuti 157 pasang kerbau dari blok Ijogading Barat dan 115 dari blok Ijogading Timur.

Menurut Perbekel Melaya ini, hadiah kepada masing-masing pemenang yang diserahkan langsung oleh Bupati Jembrana, I Putu Artha itu tidak diberikan langsung kepada pemenang, namun atas kesepakatan sekha akan dibagi untuk operasional dan kas peserta makepung.

“Hadiah itu bukan untuk personal, tapi dikembalikan ke sekeha untuk operasional seperti honor  wasit,  perbaikan jalan/lintasan  mekepung tiap latihan serta  uang suka duka anggota sekeha.  Karena mekepung itu kebersamaan dan gotong royong,” ujar dia.

Pihaknya  mengapresiasi upaya Pemkab Jembrana dalam mendukung eksistensi tradisi mekepung di Jembrana seperti membenahi fasilitas dan lintasan sirkuit mekepung. Kendati mekepung tergolong atraksi berbiaya mahal, namun karena kecintaan dan keinginan melestarikan budaya mekepung, sampai saat ini atraksi ini masih eksis bertahan.

Sementara Bupati Artha mengaku pihaknya akan terus mendukung dan berupaya meningkatkan kegiatan mekepung di Jembrana dengan memberikan bantuan kepada sekeha makepung berupa peningkatan sarana dan prasarana seperti pembangunan sirkuit mekepung di samblong  yang tengah dikerjakan saat ini. Bupati Artha berharap kepada seluruh sekaha mekepung agar senantiasa semangat melestarikan budaya mekepung.

“Makepung sebagai industri pariwisata di Jembrana, oleh karenanya kami berharap tidak hanya event Jembrana Cup maupun Bupati Cup, tapi event Gubernur Cup yang dulu pernah diadakan bisa kembali digelar guna memberikan semangat dan lebih menggairahkan tradisi mekepung sekaligus mendukung pariwisata di Bali,” harap Artha.

 Selain merupakan atraksi budaya yang mempertahankan nilai-nilai warisan leluhur, sebagai ikon dan daya tarik wisata unggulan Jembrana yang keberadaannya sudah diakui bahkan telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya nasional oleh pemerintah pusat melalui Kemendikbud, Bupati Artha menyatakan dalam atraksi mekepung juga terkandung nilai-nilai sportivitas dan kebersamaan diantara sesama sekaha.

“Tidak ada protes berlebihan, semua peserta siap menerima apapun hasil dari juri .Inilah kultur Nak Bali sesungguhnya yang patut ditiru dari budaya Mekepung, “ ujar Bupati Artha.

Ia menyebut mekepung tidak hanya milik Kabupaten Jembrana semata, tapi juga Bali secara keseluruhan sebagai aset pariwisata yang strategis dan potensial terlebih karena daya tarik serta keunikannya itu menjadi satu-satunya yang ada di Bali maupun di dunia.