Menyusul Temuan Makanan Berisi Boraks di Dalung, BPOM Turun ‘Lapangan’ | Bali Tribune
Diposting : 15 June 2017 19:55
I Made Darna - Bali Tribune
Kadiskop
Kadiskop Perdagangan Badung Ketut Karpiana dan BPOM di Denpasar saat melakukan sidak makanan buka puasa di Dalung, Selasa (13/6).

BALI TRIBUNE - Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Badung terus memantau pedagang makanan di wilayah Badung. Itu menyusul adanya temuan penjualan makanan buka puasa atau takjil mengandung boraks di kawasan Dalung Permai, Kuta Utara, Badung, Selasa (13/6). Selain "mempelototi" pedagang makanan, instansi ini juga gencar melakukan sidak parsel menjelang Hari Raya Ramadhan.
Kepala Diskop Perdagangan Badung, Ketut Karpiana menyatakan,  makanan buka puasa dan parsel menjadi atensi khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. "Kemarin (Selasa (13/6), kita bersama BPOM sudah sidak penjual takjil di Dalung. Disana kita temukan ada satu makanan mengandung boraks, nah atas temuan ini kita terus pantau jangan sampai di tempat lain ada kasus serupa," ujarnya, Rabu (14/6).
Atas penjualan makanan mengandung zat-zat berbahaya tersebut, pihaknya bersama BPOM sudah langsung mengambil sampel dan mengamankan makanan yang dijual tersebut. Pihaknya juga sudah memberi peringatan agar tidak lagi menjual atau membuat makanan yang membahayakan kesehatan.
"Makanan berbahaya itu sudah kita ambil. Sekarang kita telusuri asalnya, apakah diproduksi sendiri atau dia beli. Kalau beli kita akan cari pembuatnya. Dan dia harus setop," tegas Karpiana.
Selama bulan puasa, lanjut pejabat asal Cemagi ini, sidak melibatkan BPOM akan terus digencarkan. Tujuannya agar makanan mengandung bahan berbahaya tidak terlanjur dijual dan dikonsumsi masyarakat. "Sidak terus kita lakukan jangan sampai makanan mengandung bahan berbahaya lolos," katanya.
Selain menyidak makanan, pihaknya juga telah menurunkan tim untuk memantau penjualan parsel jelang Ramadhan. "Parsel juga kita pantau. Tim sekarang sudah turun. Intinya kita tidak mau masyarakat konsumen membeli barang rusak, kedaluarsa dan mengandung bahan berbahaya," terangya.
Sudah ada temuan? Khusus sidak parsel, Karpiana mengaku sejauh ini masih nihil temuan. "Astungkara sejauh ini belum. Mudahan-mudahan kedepan tidak ada, tapi tetap akan kita awasi," tegasnya.
Untuk memantau hal-hal semacam ini, pihaknya mendorong ambulance siaga yang ada di masing-masing desa segera dilengkapi dengan alat peneliti makanan yang mengandung zat-zat berbahaya. Dengan begitu pengawasan terhadap penjualan makanan jadi bisa dilakukan sampai ke pelosok-pelosok desa dengan melibatkan tenaga kesehatan yang ada dibawah Dinas Kesehatan Badung. "Nanti kan ambulance desa akan dilengkapi alat pengecek makanan seperti punya BPOM. Dengan alat itu kita harap bisa mempermudah pengawasan penjual makanan," pungkasnya.
Untuk diketahui Diskop dan Perdagangan Badung dan BPOM melakukan sidak makanan buka puasa atau takjil di kawasan Dalung Permai, Kuta Utara, Badung, Selasa (13/6). Dalam pengawasan kali ini, BBPOM mengambil 36 sampel makanan buka puasa yang dijual di daerah Dalung. Hasilnya, salah satu makanan ringan yakni kerupuk beras dinyatakan mengandung borak dan berbahaya jika dikonsumsi oleh warga.
Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar, Endang Widodowati mengatakan, 36 makanan sampel yang diuji diantaranya seperti pindang, tahu, es campur, lemper, es cendol, ikan asin, pepes ikan, sayur Ika, kue lapis, bakso, jeli, dan lain sebagainya lagi.  “Ternyati dari sejumlah sampel yang diuji, ada salah satu makanan yakni kerupuk beras yang mengandung boraks,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, bahwa kandungan boraks merupakan bahan tidak boleh ada di dalam makanan karena dikategorikan sebagai bahan berbahaya. “Boraks sama sekali tidak boleh berada di dalam makanan karena sangat berbahaya jika dikonsumsi,” tegasnya.