Metamorfosa Bulan Puasa | Bali Tribune
Diposting : 16 May 2018 12:47
Mohammad S. Gawi - Bali Tribune
Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Besok malam umat Islam Indonesia bahkan di seluruh dunia membuka gerbang emas bulan mulia dengan Sholat Taraweh berjamaah. Berselang 5-6 jam kemudian, kita pecahkan keheningan di ujung malam dengan Sya'um Ramadhan.
 
Banyak predikat yang melekat di bulan ini; sahrul mubarakh, sahrul qur'an, sahrul tarbiyah dan predikat mulia lainnya. Singkatnya; bulan ramadhan adalah bulan dimana umat Islam menempah diri untuk meraih banyak keutamaan.
 
Guna menyingkap hikmah dan keagungan bulan ini; selain mentadabbur Al-Qur'an terutama Surat Al-Baqarah 183 yang paling sering dikutip oleh para Ustadz ketika berbicara tentang puasa ramadhan, Saya mencoba menjelajah 5 diantara ribuan kitab yang mengulas rinci tentang puasa dan puasa ramadhan.
 
Syekh Salim bin Abdullah, ahli fiqih dan tasawwuf bermadzhab Syafi'i 
menuntun umat Islam yang berpuasa ramadhan dengan mutiara kebajikan. Inti pesan Sang Guru yang paling fundamental adalah bahwa puasa ramadhan adalah benteng peneguh iman dan pemusnah dosa.
 
Fatwa Arkam al-Islam (kumpulan fatwa) Syaikh Muhammad bin Shalih al-Sulaiman yang disusun Fahd bin Nashir al-Utsaimi hal. 451-496 telah mengupas hikmah dan hukum puasa yang memberi guidens bagi umat untuk mendalami samudera sa'um yang menyimpan kilau berlian.
 
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab Mudzakkurah fi Ahkam ash-Shiyam telah memberi tasiah secara amat detil tentang hukum puasa yang patut dipatuhi agar ibadah wajib ini membawa hasil maksimal bagi diri dan masyarakat.
 
Imam Ibnu Rajab al-Hambali dgn kitabnya Bughyatul Insan fi Wazha'if Ramadhan menyodorkan kepada pembaca tentang hikmah puasa ramadhan sebagai pembentuk kepribadian dan pengempang erosi iman.
 
AM Johnstone, seorang peneliti dari Riwett Research Institute, Inggris dibawah judul Fasting the Ultimate Diet telah memberikan rekomendasi ilmiah tentang puasa bagi kesehatan jiwa raga manusia.
 
Simpul dari semua analisis para ahli itu bermuara kepada pemurnian rohani dan penguatan ragawi menuju apa yang oleh Allah dlm Al-Qur'an surat Al-Baqara 183 sebagai jalan mencapai derajat Muttaqin. Selain membaca dan mentadabbur al-Quran, kita seyogyanya menyelami kitab-kitab di atas sebagai makanan rohani di bulan tarbiyah. Agar segala penyakit hati menjadi remuk tak lagi bertahta.
 
Ibarat pohon, esok hari, kita mulai meranggas daun-daun kering dan dahan-dahan lapuk yang saat ini melekat di jiwa raga. Daun kering dan dahan lapuk yang berserakan di tanah, kembali menjadi makanan rohani bagi proses suksesi dan regenerasi.
 
Untuk secara bertahap memunculkan pucuk baru sebagai pengganti. Pucuk-pucuk ini kemudian merekah menjadi daun dan bunga untuk turut menunjang tumbuh kembangnya batang dan memperkokoh sang induk.
 
Sampai akhirnya di pengujung puasa nanti, kita menjelma menjadi manusia baru yang insha Allah bersih dari noda; seperti Kepompong yang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu. Dengan kondisi yang baru itu, kita pun bergegas menjemput hari kemenangan Idul Fitri.