Miris, Lumbung PHR Tapi Tidak Ada SMA Negeri di Nusa Dua | Bali Tribune
Diposting : 6 February 2018 00:00
San Edison - Bali Tribune
Nusa Dua
Kawasan Nusa Dua begitu elit tapi tidak ada sekolah Negeri tingkat SMA.

BALI TRIBUNE - Berbagai elemen dari perwakilan masyarakat di sejumlah wilayah di Bali menggelar semacam rembuk membahas berbagai persoalan untuk bahan masukan bagi para Paslon Pilgun Bali 2018.

Beberapa perwakilan masyarakat yang hadir, di antaranya Poros Muda Nusa Dua, Pegiat Media Sosial, Tokoh Masyarakat Bualu, Rawan Media Center (RCM), Perwakilan Masyarakat Kampung Bugis – Serangan, Warga Nusa Penida.

Pada kesempatan tersebut Ketua Poros Muda Nusa Dua, Wayan Sumantra, dalam aspirasinya secara khusus menyoroti kondisi di Kabupaten Badung, khususnya di bagian selatan. Dikatakan, selama ini Kabupaten Badung seakan-akan tercukupi segala-galanya, lantaran menyandang predikat sebagai daerah dengan pendapatan asli daerah (PAD) paling tinggi di Bali.

Padahal, masih banyak kekurangan ditemukan di Badung, termasuk ketersediaan fasilitas umum. Ia bahkan menyontohkan kondisi di wilayah Nusa Dua dan sekitarnya. Menurutnya, Nusa Dua merupakan salah satu lumbung penyumbang Pajak Hotel dan Restoran (PHR) terbesar di Badung. Sayangnya, sampai saat ini tidak ada satupun SMA Negeri yang dibangun di wilayah elit itu. “Nusa Dua dan sekitarnya adalah penyumbang PHR terbesar di Badung, tapi sama sekali tidak ada SMA Negeri dibangun di sana,” ujar Sumantra.

Bahkan pelajar di Nusa Dua, imbuhnya, menggunakan bekas pusat perbelanjaan sebagai sarana olah raga. Akibatnya, banyak siswa dari Badung bagian selatan memilih bersekolah di Denpasar untuk mendapatkan kualitas pendidikan terbaik.

“PHR Badung memang tinggi, tapi indeks pertumbuhan manusianya masih kalah dari Denpasar. Saya berharap nanti kalau jadi gubernur, Pak Rai Mantra bisa memperhatikan masalah pendidikan di Badung Selatan,” pinta Sumantra.

Sementara perwakilan masyarakat Kampung Bugis - Serangan, Muhadi, menyampaikan aspirasi agar menetapkan Desa Serangan sebagai cagar budaya. Serangan, menurut dia, memiliki sejumlah warisan religi yang juga mendapat perhatian wisatawan.

“Kami berharap Kampung Bugis di Serangan segera mendapat status sebagai Cagar Budaya,” tutur Muhadi.