Nengah Widiasih Diarak Keliling Denpasar | Bali Tribune
Diposting : 29 September 2016 10:45
I Wayan Sudarsana - Bali Tribune
atlet
SENYUM- Atlet angkat berat penyandang disabilitas peraih medali perunggu pada ajang Paralympic di Rio De Jenerio, Brazil, Ni Nengah Widiasih diarak keliling kota Denpasar, Rabu (28/9).

Denpasar, Bali Tribune

Atlet angkat berat penyandang disabilitas peraih medali perunggu pada ajang Paralympic di Rio De Jenerio, Brazil, Ni Nengah Widiasih tiba di Bali, Rabu (28/9). Setibanya di pulau Dewata, atlet tuna daksa ini pun langsung mendapat sambutan antusias dari masyarakat. Atas prestasinya, Widiasih pun langsung diarak keliling kota Denpasar.

Mengenakan jaket merah-putih, Widiasih tampak sumringah dan menebar senyum kepada masyarakat yang menyapanya. Didampingi pelatih dan teman seperjuangannya, atlet yang menerima bonus Rp. 1 Miliar dari Pemerintah Republik Indonesia ini terlihat sangat senang dengan penyambutan dan apresiasi yang diberikan oleh pihak-pihak terkait dan juga kedua orangtuanya. 

"Saya senang mendapat sambutan dari pemerintah Bali dan juga semua orang yang mendukung saya selama ini. Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang sudah mendukung kami. Terima kasih juga bapak Presiden, bapak Menteri yang sudah  membuat kami atlet paralympic setara dengan atlet olimpic. Itu sudah sangat luar biasa buat kami, jadi kami sangat bersyukur,” ujar Widiasih ditemui di sekretariat National Paralimpic Comitte (NPC) Bali di Jalan Serma Mendra No 3 Sanglah Denpasar, Rabu (28/9) kemarin.

Dengan wajah berseri, perempuan kelahiran Karangasem, 12 Desember 1992 ini mengaku tak menyangka akan mendapat sambutan semeriah ini.Widiasih pun berjanji akan terus mengasah diri, menyongsong kejuaran-kejuaraan selanjutnya.

"Tahun ini memang belum maksimal, namun  ke depannya semoga kami bisa lebih baik lagi prestasinya," ujar perempuan asal Banjar Dinas Bukit Desa Sukanada, Kecamatan Kubu Karangasem ini.

Kepada wartawan, perempuan yang pernah meraih medali emas pada ajang ASEAN PARA GAME di Myanmar ini menuturkan, untuk meraih medali perunggu pada ajang di Paralimpic Rio, Brasil, bukanlah pekerjaan mudah. Sebab, di cabang Angkat Besi kelas 41 Kg,  ia mendapat lawan-lawan yang berat. Kendati begitu, ia bangga bisa bertanding dengan atlet-atlet papan atas dunia. “Medali Perunggu ini paling berharga dibanding medali emas yang pernah kami raih."Saingannya sangat ketat dan berat. Dan bersyukur Tuhan mengijinkan saya mencapai ini. Tak bisa saya ungkapkan, yang jelas sangat berkesan, " ujar Putri kedua dari pasangan Ni Luh Bingin dengan Gede Gambar ini .

Bagi Widiasih, dalam hidupnya selalu ada target dan mimpi. Meski sempat gagal pada ajang Paralimpic di London, ia tak mau menyerah sampai disitu. Latihan demi latihan terus dilakukan sesuai arahan tim pelatih. “Dalam hidup harus punya mimpi. mimpi saya adalah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ketika gagal di London, saya merasa sedih. Saat itu menempati posisi 5 dunia. kali ini meski belum masksimal, setidaknya kami berhasil memperbaiki posisi dari posisi 5 ke posisi 3 dunia. Ke depan jika masih diberi kesempatan, mimpi saya ingin menjadi lebih baik dari ini,” kata atlet angkat berat yang juga pernah meraih medali perunggu pada ajang Single Event 2014 IPC Powerlifting Word Champion Ship Dubai ini.

Meski sudah meraih prestasi, Widiasih pun tak mau berpuas diri. Ia pun berjanji akan berlatih lebih semangat untuk mempersiapkan event selanjutnya."Tahun 2017 nanti ada beberapa even yang akan saya ikuti untuk menambah poin sehingga bisa berangkat ke Tokyo tahun 2020," jelasnya. 

Ia pun mengajak kepada rekan-rekan seperjuangannya untuk terus berlatih semaksimal mungkin. Sebab baginya, segala prestasi bisa diraih asal mau latihan dengan totalitas. Khusus untuk sesama penyandang disabilitas, Widi berpesan agar jangan menyerah dengan keadaan. Meski memiliki kelemahan, tetap bisa menjadi hidup mandiri dan meraih yang terbaik. "Lakukan apa yang bisa dilakukan, kerjakan apa yang bisa dikerjakan, berusaha untuk menjadi yang lebih baik dan yang terbaik, mandiri untuk diri sendiri. Jangan putus asa. Saya berharap ada atlet lain khususnya difable yang berprestasi bahkan lebih baik dari saya,” ujarnya.

Ia pun mengajak masyarakat terutama generasi muda untuk selalu berbuat bagi negeri tercinta. Baginya hidup merupakan pilihan, namun meraih kesuksesan di masing-masing pilihan merupakan kewajiban. “Banyak ada generasi muda punya potensi namun kemauannya belum ada. Intinya berbuatlah sesuatu dengan baik, meski tidak bermanfaat bagi orang lain, minimal bermanfaat untuk diri sendiri,” tandasnya.

Sementara menurut Pelatih, I Ketut Mija Srinama SPd, anak didiknya ini dilihat berpotensi sejak SD. Latihan demi latihan pun menjadi bekal Widiasih untuk bertanding. Latihan dilakukan di Yayasan Bali Sport Foundation Waribang 4 kali dalam seminggu. "Latihan kita terprogram, kontinyu dan rutin. Latihan di yayasan ini digelar sejak menjelang PON Jawa Barat. Sebenarnya kita disini (Sekretariat NPC) punya alat, tapi gak layak dipakai latihan. Baik burble maupun bangku sangat tidak layak, maka itu nebeng latihan di Waribang," ungkapnya.

Sementara NPC Bali, I Nyoman Sumita, mengaku widiasih merupakan satu-satunya perwakilan dari Bali untuk mewakili Indonesia ke ajang Paralimpic di Brasil. “ Untuk menembus ajang olimpiade (paralimpic) pekerjaan yang sangat susah. karena harus melewati saingan-saingan yang berat secara nasional. Bersyukur Widiasih bisa menembus hingga ke ajang Paralimpic dan menoreh prestasi yang sangat membanggakan. Kami semua tentu berbangga atas prestasi ini,” ujar Sumita.

Ia pun mengucapkan terima kasih atas perhatian pemerintah yang sudah menjadikan atlet penyandang disabilitas setara dan sama rata dengan atlet non disabilitas. Hal ini, kata dia, menjadikan semangat baru bagi para atlet –atlet disabilitas yang kini masih berusaha mengejar prestasi. “Tahun ini kita setara dan sama perhatian dari pemerintah. Tidak dibedakan antara penyandang cacat atau tidak. Keringat sama bau, sama-sama mengibarkan bendera sang saka merah putih,” tandasnya.