Normalisasi Drainase Bukan Jaminan Bebas Banjir | Bali Tribune
Diposting : 4 December 2017 20:19
Agung Samudra - Bali Tribune
banjir
DRAINASE - Proyek drainase dan trotoarnisasi Kota Bangli sedang berjalan.

BALI TRIBUNE - Normalisasi saluran drainase di ruas jalan utama Kota Bangli yang dilakukan pemerintah, bukan jaminan akan mampu mengatasi masalah banjir yang kerap terjadi di saat hujan. Masyarakat yang bermukim di ruas jalan Ngurah Rai pesimis, masalah banjir akan teratasi, walaupun dilakukan normalisasi drainase. “Kami pesimis masalah banjir akan teratasi walaupun dilakukan normalisasi, jika pemecahan masalah klasik ini tidak dilakukan secara menyeluruh,” ujar warga I Ketut Sudana, Minggu (3/12).

Menurutnya, normalisasi drainase hanya sifatnya sesaat saja, banjir akan terjadi lagi kalau tidak dilakukan pembenahan alur air. ”Kalau sekarang air dari hilir semuanya tumpah ruah ke jaringan drianse di jalan ngurah rai,” sebutnya. Kalau tidak dilakukan pembagian aliran air maka tinggal menunggu waktu saja air pasti meluap ke badan jalan.

Ketua Komisi III DPRD Bangli I Ketut Swastika saat dikonfirmasi mengatakan untuk mengatasi masalah banjir yang kerap terjadi terutama di jalan Ngurah Rai tepatnya dari sebelan selatan SMAN I Bangli hingga patung adipura, harus dilakukan secara menyeluruh, artinya harus dicari sumber penyebab banjir. ”Normaliasi drainase hingga menelan anggaran hampir  Rp 6 Miliar hanya ibarat sebuah awal bukan sebagai cara menuntaskan banjir,” sebutnya.

Kata politisi dari PDIP ini, jika tidak dicari sumber penyebab banjir dia yakin banjir akan terjadi lagi. Dia melihat volume air yang datang dari barat melalui jaringan air sebelah selatan SMAN I Bangli sangat besar, dan jika tidak dibuatkan sodetan di barat masalh banjir akan tidak pernah tuntas . ”Yang jelas sumber banjirnya dicari dulu,tim teknis dinas PU harus mencari solusi,agar air dari hilir tidak semuanya bermuara ke jalan ngurah Rai,” sebut Swastika.

Hal senada juga diungkapknan rekanya sesame anggota komisi III, IWayan Subagan. Ia melihat pemicu terjadinya banjir karena volume air dari barat cukup tinggi, padahal di satu sisi di barat ada ruang untuk membuat codetan atau pengalihan aliran air. “Saya melihat jalur air banyak yang telah beralih fungsi, makanya di nisi dibutuhkan ketegasan pemerintah, kalau dibiarkan walaupun seratus kali dilakukan normalisasi akan tetap saja ruas jalan NGurah kebanjiran,” ujarnya.