Optimisme Mewujudkan Jatim Primadona Investasi Indonesia Timur | Bali Tribune
Diposting : 24 December 2019 09:26
Redaksi - Bali Tribune
Bali Tribune/ Gubernur Jatim Khofifah didampingi Wagub Jatim dan Kepala DPM-PTSP saat meninjau salah satu layanan perizinan satu pintu.
Balitribune.co.id | Jawa Timur - Upaya Percepatan Pembangunan di Jatim yang tertuang dalam Perpres 80 tahun 2019 memberi harapan Cerah dunia investasi di masa mendatang. Investasi dsri sektor swasta menjadi penopang utama percepatan pembangunan dapat diwujudkan.
 
Tiga kawasan yang menjadi prioritas dalam Perpres 80 tahun 2019 antara lain, pengembangan wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamgongan), BTS (Bromo, Tengger, Semeru) dan Selingkar Wilis. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa telah menjelaskan, dukungan anggaran pemerintah untuk dapat menopang realisasi Perpres 80 tahun 2019 hanya sekitar 15 persen. Sedangkan 86 persen lainnya, akan ditopang oleh investor swasta, KPBU, BUMN.
 
“ Ada 218 proyek yang tercantum dalam Perpres 80 dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp 292,4 triliun. Pembiayaannya ditopang oleh empat sektor, pemerintah berada diurutan  ke empat setelah investor swasta, KPBU dan BUMN,” tutur Khofifah. Khofifah mengakui, hadirnya Perpres 80 ini menjadi harapan baru bagaimana Indonesia melakukan terobosan dan sinergitas membangun produktifitas dari seluruh energi yang dimiliki. Karena Sangat mungkin kekuatan itu selama ini belum terakselerasi dengan maksimal. Maka perpres ini diharapkan dapat melakukan akselerasi.
 
ket. gambar: Gubernur Jatim Khofifah turut berupaya mempromosikan potensi investasi di Jatim saat menerima kunjungan dari Dubes Inggris.

 

 
Percepatan pembangunan tersebut dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan dalam rencana induk pengembangan kawasan yang pelaksanaannya didampingi Kementrian Koordinator Perekonomian.
 
Kegiatan percepatan tersebut menjadi sangat penting artinya, mengingat Jatim sebagai pintu gerbang ekonomi Indonesia Timur dan primadona Investasi. Hal itu dapat dilihat dari indikator stabilitas ekonomi makro, pemerintahan dan institusi publik, konsidisi, finansial,bisnis dan tenaga kerja serta kualitas hidup dan perkembangan infrastruktur. Perpres No 80 Tahun 2019 memiliki 3 fungsi yaitu debottlenecking, optimalisasi konektivitasinfrastruktur serta keberlanjutan pembangunan.
 
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aris Mukiyono menjelaskan, kinerja investasi di tiga kawasan tersebut telah dipetakan untuk memberi gambaran proses percepatan pembangunan yang akan berlaku mulai 2020. Dari investasi di Jatim sebesar USD 46,5 miliar, 62,5 persen berada di kawasan Gerbangkertosusilo. Sementara untuk kawasan BTS 32,6 persen dan Selingkar Wilis sebesar 4,81 persen.
 
“ Di Kawasan Gerbangkertosusila, investasi tertinggi berada di Kabupaten Gresik, Surabaya dan Sidoarjo. Sementara di kawasan BTS investasi tertinggi berada di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang,” tutur aris.
 
Aris optimis, kehadirrran Perpres 80 tahun 2019 ini akan mampu mendongkrak iklim investasi Jatim yang sejauh ini sangat kondusif. Hal itu dapat dilihaaat dari kinerja investasi sampai dengan triwulan III ( Januari – September ) 2019 sebesar 37,78 Triliun untuk PMDN ( Penanaman Modal Dalam Negeri). Nilai ini meningkat 52,66 % dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Sedangkan untuk PMA (Penanaman Modal Asing) tumbuh melambat 17,29 %. Perlambatan ini diakui Aris disebabkan oleh ketidakpastian situasi ekonomi. Misalnya perang dagang dan perlambatan ekonomi China, disamping itu investor juga masih wait and see terkait dengan situasi politik nasional pada semester I berkaitan dengan pemilihan presiden dan anggota legislatif.
 
Sepanjang 2019 ini, realisasi investasi PMDN di Kab Probolinggo berada di posisi teratas, diikuti Kab Pasuruan, Kota Surabaya, Kab Malang dan kab Sidoarjo. Sedangkan 5 besar bidang usaha secara berturut – turut adalah konstruksi, listrik, gas dan air, transportasi, gudang dan telekomunikasi, industri makanan, serta perdagangan dan reparasi.
 
Sementara kinerja investasi mikro dengan nilai aset maksimal Rp 50juta dengan omset maksimal Rp 300 juta setahun tercatat sebanyak 12.371 pelaku usaha dengan total nilai investasi Rp 316,16 milyar. “Sejak januari 2019, usaha mikro telah tercatat di aplikasi Online Single Submission (OSS). 
 
Sepanjang Januari hingga September ini, tercatat lokasi investasi usaha mikro terbesar berada di Kabupaten Sumenep, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Bangkalan dan kab Pasuruan,” jelas Aris.