Pameran Situs dan Ritus Menarik Minat Siswa | Bali Tribune
Diposting : 29 April 2019 09:06
Wayan Sudarsana - Bali Tribune
Bali Tribune/ist. Pameran Situs dan Ritus Peradaban Bali Tua yang digelar Bakti Pertiwi Jati di Denpasar Art Space memantik minat kalangan siswa di Kota Denpasar.

Balitribune.co.id | Denpasar - Sejak dibuka pada Kamis (25/04/2019), pameran Situs dan Ritus Peradaban Bali Tua yang diselenggarakan oleh Bakti Pertiwi Jati (BPJ) di Denpasar Art Space (DAS) Jalan Surapati No 7, memantik minat kalangan siswa berbagai sekolah di Kota Denpasar.

Puluhan siswa tampak mengunjungi ruang pameran yang menyajikan beragam karya fotografi, lukisan, dan video. Pengunjung mendapat pemaparan langsung dari tim BPJ yang diasuh oleh Jro Mangku Sara, Nyoman Ardika atau Sengap, Made Bakti Wiyasa, Kadek Wahyudita.

Satu per satu objek foto maupun lukisan yang memperkenalkan arsitektur khas Bali, di kawasan Pura maupun bangunan suci di Bali yang sarat dengan simbol dan memiliki makna tersendiri dijelaskan kepada para siswa yang dengan tekun mendengarkan penjelasan yang diberikan.

Selain itu, Pameran Situs dan Ritus Peradaban Tua ini juga menghadirkan kelas budaya yang dikemas dengan diskusi yang melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bali. Di antaranya dari Universitas Hindu Indonesia (Unhi), ISI Denpasar, IHDN dan IKIP PGRI Denpasar.

“Kelas budaya memang kita kemas dengan diisi diskusi untuk lebih memperkenalkan makna di balik simbol, pemaknaan serta fungsi dari spirit dari setiap bangunan,” jelas Jero Mangku Sara. Pelibatan mahasiswa, kata dia, karena generasi muda itulah yang akan mewarisi ini nanti.

“Kita kenalkan kepada para siswa, mahasiswa, apa itu situs. Kenapa bangunan yang ada di Pura beraneka ragam. sejauh ini banyak yang tidak paham apa sebenarnya fungsi bangunan-bangunan suci di Bali. Mengapa antara yang satu dengan lainya tidak memiliki kesamaan,” jelasnya.

Diskusi dalam kelas budaya berlangsung menarik dan hangat, seperti tanya jawab antara mahasiswa dan narasumber diskusi. Tim BPJ, Kadek Wahyudita, menyatakan, kelas budaya ini cukup menarik, membuka ruang untuk berinteraksi langsung, dengan topik penting membahas situs.

“Selama ini belum banyak yang sadar banyak terjadi pembongkaran situs tanpa memperhatikan konten, baik simbol, makna. Dihantam dengan bahan-bahan baru, sehingga kita kehilangan jejak,” katanya. Ia mengapresiasi generasi muda yang punya ketertarikan mengenai hal ini.

“Kami menangkap bahwa kesadaran mahasiswa lewat diskusi kali ini luar biasa, mereka sudah melihat fakta di lapangan,” ujarnya. Sementara, Ketua BPJ, I Made Bakti Wiyasa, mengatakan BPJ sendiri telah terjun secara acak di situs-situs kuno yang ada di wilayah sejumlah daerah.

Secara keseluruhan, kata dia, berbagai item karya dalam pameran Situs dan Ritus Peradaban Bali Tua ini merepresentasikan rekaman-rekaman peradaban tua di Bali secara detail sebagai varian-varian keindahan simbolik berupa foto, film dokumenter, drawing, dan karya lukisan.

Kesemuanya mewujudkan masing-masing dari tatanan peradaban Tri Maha Lingga Bali (Mahaagung, Mahaawidya, Maharata). Jumlah karya yang dipamerkan terdiri atas sebuah film dokumenter ritus serta 113 foto situs dan ritus yang dijepret sendiri oleh fotografer dari BPJ. (*)