Pantau Kondisi Kawah Gunung Agung = PVMBG Terbangkan Tiga Drone Canggih | Bali Tribune
Diposting : 12 October 2017 17:35
Redaksi - Bali Tribune
PVMBG
DRONE – Untuk mendapatkan hasil akurat terkait perkembangan Gunung Agung, pihak PVMBG melibatkan tiga drone yang diterbangkan mengitari titik-titik yang berbahaya sekalipun.

BALI TRIBUNE - Sampai saat ini status Gunung Agung masih awas, dimana dari data yang direkam Seismograf di Pos Pantau Gunung Agung, di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem, tingkat aktivitas kegempaan masih relatif tinggi. Dimana jumlah Gempa Vulkanik Dangkal selama pengamatan 12 jam terjadi sebanyak 125 kali, Gempa Vulkanik Dalam sebanyak 228 kali dan Gempa Tektonik Lokal sebanyak 16 kali. Selain itu asap putih dari perluasan solfatara juga masih mengepul.

 Untuk mengetahui kondisi terkini permukaan kawah Gunung Agung, pihak PVMBG Kementerian ESDM, Rabu (11/10), menerbangkan tiga drone canggih berukuran besar yang didatangkan langsung dari Jakarta. Lokasi yang dipilih untuk penerbangan tiga pesawat mini dengan ketinggian jelajah hingga 3.500 kaki itu di areal galian C di Desa Kubu, Kecamatan Kubu, Karangasem.

Tiba sekitar pukul 13.00 Wita, para teknisi drone langsung merakit pesawat yang sudah memiliki jam terbang cukup tinggi itu, dan sekitar pukul 15.00 Wita, pesawat drone selesai dirakit dan langsung diterbangkan. Pesawat drone ini juga dilengkap dengan kamera High Definition (HD) yang mampu merekam gambar permukaan bumi secara detail dari udara.

“Sore ini kita coba menerbangkan drone dengan spek yang cukup tinggi dengan kemampuan jelajah hingga 3.500 kaki, tujuannya untuk mengetahui kondisi kawah terkini,” ucap Umar Rosadi, ahli Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM, kepada wartawan di lokasi penerbangan drone, kemarin.

Pengambilan gambar udara ini menurutnya sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi dalam permukaan kawah Gunung Agung. Selain pula untuk mengetahui sekaligus memetakan kondisi areal yang berada di zona merah radius 12 kilometer dari kawah Gunung Agung. “Kita juga ingin mengetahui kondisi daerah yang masuk zona merah. Artinya seperti apa kondisinya sekarang apakah sungai-sungai yang ada sekarang, apakah nantinya masih mampu menampung debit aliran lahar jika terjadi erupsi,” ujarnya.

Pengambilan gambar udara ini juga dilakukan untuk mengetahui pemukiman penduduk yang berada di areal zona merah, apakah masih seperti dalam data ataukah berkurang, sehingga pihaknya memiliki gambaran yang jelas utamanya untuk menentukan jalur evakuasi termasuk arah aliran magma atau lahar jika terjadi erupsi. “Gambar udara ini juga menjadi salah satu daya dukung kita untuk menetapkan lebih lanjut status Gunung Agung, apakah statusnya masih di level awas atau nantinya kita turunkan ke status siaga,” pungkasnya.