Para Janda Korban Bom Bali 1 Luncurkan Buku | Bali Tribune
Diposting : 13 October 2016 14:09
Made ari wirasdipta - Bali Tribune
Bom Bali
Bali Tribune

Kuta, Bali Tribune 

12 Okteober, kemarin tepat 14 tahun ledakan bom Bali pertama yang mengguncang Indonesia juga dunia. Bom yang meledak di Sari Club dan Paddys Club itu menewaskan 202 orang dari berbagai negara.

Peristiwa itu jadi lembaran pahit bagi Indonesia dan untuk kali pertama gerakan Terorisme dilancarkan hingga saat ini. Bahkan ledakan bom yang meluluhlantahkan Kuta pada pukul 23.00 wita itu terdengar hingga sampai wilayah Tabanan.

Untuk mengenang perjuangan para korban bom Bali I, Yayasan Isana Dewata yang selama ini menjadi tempat bernaung korban bom Bali menginisiasi terbitnya sebuah buku testimoni para korban peristiwa keji tersebut. Buku berjudul "Janda-janda Korban Terorisme di Bali". Buku setebal 82 halaman itu menggunakan dua bahasa, yakni Inggris dan Indonesia.

Ketua panitia acara, I Nyoman Sarjana menjelaskan, buku ini tak lagi mengeksploitasi kesedihan para korban. Sebaliknya, aspek keceriaan yang ditunjukkan agar para korban dapat bangkit. Sebab, kata dia, 14 tahun sudah cukup bagi para korban terus merasakan penderitaan.

"Kita harus hadirkan keceriaan para korban, tidak lagi kesedihan. Para korban sudah saatnya bangkit," katanya di Beacwalk, Kuta, Rabu (12/10).

Ada 14 orang janda korban bom Bali yang ikut ambil bagian menceritakan kepedihan hidup yang mereka alami sejak peristiwa kelam itu merenggut suami mereka. Mereka adalah Ni Wayan Sudeni, Wayan Leniasih, Endang Isnanik, Ni Luh Erniati, Ni Wayan Rastini, Ni Nyoman Rencini, Ni Made Kitik, Ni Luh Mendri, Ni Ketut Jontri, Ni Made Ritiasih, Zuniar Nuraini, Ni Wayan Rasni Susanti, Nurlaila dan Warti. "14 janda korban bom ini diambil bertepatan dengan 14 tahun peringatan bom Bali I. Tetapi, tidak semua dari mereka korban bom Bali I, ada juga yang korban bom Bali II," ucap dia.

‎Sang penulis buku, Dwi Yani mengaku membutuhkan waktu enam bulan untuk menuliskan kisah para korban bom Bali tersebut. "Untuk di awal kami cetak seribu eksemplar. Saya butuh waktu enam bulan untuk merampungkan tulisan. Tiga bulan untuk riset dan tiga bulan penulisan," tutur dia.

‎Pada acara yang mengambil tema Peace and Harmony itu, buku yang diangkat dari kusah nyata korban bom Bali itu juga dilelang kepada pengunjung. Dana yang terkumpul akan disumbangkan kepada Yayasan Isana Dewata dan sebagian disimpan sebagai bekal penulisan buku kedua dan ketiga yang mengangkat kisah korban langsung dan anak-anak korban bom Bali.