Pawintenan Pemangku Pura Penataran Agung Dalem Tegal Besung | Bali Tribune
Diposting : 24 August 2017 19:02
redaksi - Bali Tribune
PAWINTENAN
PAWINTENAN - Wagub Sudikerta disambut sejumlah warga saat hadir dalam pelaksanaan ritual pawintenan pemangku di Pura Penataran Agung Dalem Tegal Besung Klungkung, Rabu (23/8).

BALI TRIBUNE - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta apresiasi upacara pawintenan Pemangku yang dilaksanakan oleh pengempon Pura Penataran Agung Dalem Tegal Besung, yang merupakan pelengkap yadnya yang wajib ada selaku pemuput yadnya. Disamping itu, pawintenan dimaknai sebagai ritual penyucian diri secara lahir dan batin.

Demikian disampaikan Wagub Sudikerta saat hadir dalam pelaksanaan ritual pawintenan Pemangku di Pura Penataran Agung Dalem Tegal Besung Br. Pekandelan, Ds Nyalian, Banjarangkan, Klungkung, Rabu (23/8) kemarin.

Menurut Sudikerta, secara lahir ritual ini bertujuan untuk mensucikan diri dari mala atau kotoran yang berada dalam dirinya, sedangkan secara batin adalah bertujuan untuk memohon penyucian diri dari Sang Hyang Widhi Wasa.

“Agar diberikan wara nugraha dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci seperti kesusilaan, keagamaan dan selanjutnya dapat mengamalkan ajaran-ajaran tersebut baik untuk diri maupun untuk orang lain,’terangnya..

Lebih jauh, Sudikerta mengharapkan orang yang terpilih sebagai pemangku dan sudah diwinten, dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pemangku sewajibnya bercermin dan berperilaku berdasarkan sasana kepemangkuan, serta menghindarkan dari keinginan-keinginan sekala.

“Sebagai seorang pemangku jangan lagi terpengaruh keinginan duniawi, karena godaan duniawi sangat besar dan akan mempengaruhi taksu kepemangkuan yg diemban. Jaga perilaku, mulai tingkatkan pengetahuan kepemangkuan dengan mempelajari sastra-sastra agama, abdikan diri sepenuhnya kepada ISHWW,” imbuh Sudikerta.

Hal senada disampaikan pula oleh Penglingsir Pura Penataran Agung Dalem Besung, Kerta Semaya. Menurut dia, trah warih Dalem Dewa Swamba Negara yang turut hadir dalam upacara tersebut juga mengharapkan agar pemangku yang baru diwinten bisa meningkatkan pengetahuan dan kualitas SDMnya.

“Terutama yang berkaitan dengan yadnya, sehingga bisa menjadi panutan dan memberikan sesulur pada kramanya,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Piodalan Dewa Made Parwita menambahkan, bangunan pura yang ada saat ini merupakan sepenuhnya berawal dari baru, sehingga saat ini masih terdapat beberapa bangunan palinggih yang belum jadi seperti meru dan pemiosan.

Dia menyebutkan, jumlah krama pengempon pura itu mencapai 15 KK yang terdiri dari sekitar 60 jiwa.

Parwita mengaku bersyukur, walau hanya dengan jumlah pengempon sebanyak itu sudah berhasil membangun pura seperti yang ada saat ini.

Ia pun berharap,dukungan dari pemerintah agar pembangunan bisa segera rampung, dan bisa dilaksanakan ritual ngenteg linggih.

Disisi lain, Perwakilan Majelis Alit MUDP Made Tirta, menyampaikan piteket-piteket selaku seorang pemangku yang menurutnya diawali dari merubah cara berbusana yang awalnya kepura memakai destar biasa selanjutnya harus sesuai busana pemangku yang identik dengan warna putih.

Setelah diwinten ungkap Made Tirta, maka akan diikuti dengan perubahan gelar (amari nama) yakni dipanggil jro mangku, yang tentunya dalam keseharian harus diikuti dengan perubahan dalam berbahasa (amari basa) yang tidak lagi boleh menggunakan kata-kata kasar.

“Dan yang terpenting adalah, perubahan perilaku (amari laku), yang harus selalu berbuat baik sehingga bisa menjadi contoh kramanya,” tegasnya.

Ritual itu dipuput oleh Ida Pedanda Gede Ketut Gunung dari Griya Sakti Nyalian, Banjarangkan, Klungkung. Adapun Pemangku yang menjalani prosesi pawintenan adalah, I Dewa Nyoman Arka beserta istri Jro Ketut Suwiti.

Sebelumnya, Wagub Sudikerta juga berkesempatan menghadiri karya pemelaspas pecaruan lan mendem pedagingan di Pura Dadia Pasek Sumertai Br. Dinas Giri Sari Pecatu Badung.

Selain itu, Wagub juga berkesempatan menghadiri pelaksanaan ritual padudusan alit di Pura Dalem Br. Penebel Kelod, Tabanan.