Pengungsi GOR Swecapura Membuat Anyaman | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 28 Maret 2024
Diposting : 19 October 2017 20:01
Ketut Sugiana - Bali Tribune
pengungsi
ANYAMAN - Beberapa orang pengungsi di GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung membuat anyaman sundung yang diminati wisatawan.

BALI TRIBUNE - Menyadari bahwa bakal berada lama di tempat pengungsian rupanya membuat para pengungsi berpikir memiliki wawasan ke depan, lalu membuat inovasi selama di pengungsian di kawasan GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung. Diantara pengungsi yang ditemui memastikan mereka bakal lama di pengungsian karena asal mereka kebanyakan dari Sebudi yang masuk kawasan RB 1 terdampak jika erupsi Gunung Agung terjadi.

“Jika warga pengungsi dari kawasan yang aman sekarang ini banyak sudah yang kembali ke daerahnya setelah ada imbauan mereka diperkenankan pulang, tapi bagi kami yang warga Sebudi jelas dilarang,” ujar salah seorang pengungsi dengan wajah murung.

Tidak semua pengungsi berpangku tangan meratapi nasibnya, malah ada salah seorang warga pengungsi yang mulai seminggu ini sibuk membuat anyaman sundung, yaitu anyaman sejenis tas maupun asesoris yang sangat disukai para turis. Dia adalah Ni Ketut Bunter (42) alamat Br Sebudi, Kec. Selat Dude, Karangasem. Menurutnya, untuk mengisi waktu senggang di pengungsian ini dirinya lakukan aktifitas sesuai profesi di rumahnya sebelum mengungsi.

Menariknya, Ketut Bunter tidak apriori mengerjakan anyaman sundung tersebut seorang diri. Malah banyak warga pengungsi yang berguru kepadanya untuk mendapatkan ilmu nganyam menganyam tersebut. “Dikerjakan selama 7 hari anyaman sundung ini baru selesai sebiji. Jika dijual paling tinggi laku seharga 125 ribu dan itu dijualnya pada pengepul yang datang,” sebutnya.

Dirinya mengaku memiliki dua anak laki laki. Yang  paling besar sudah berkeluarga, sedangkan  yang kecil baru berusia 23 tahun masih membantu orangtua bekerja biasanya di rumah. Sementara itu Suaminya Made Wantana (47) sebagai petani. Namun sejak mengungsi tangannya yang kiri mengalami patah tulang sehingga praktis tidak bisa menapkahi keluarganya selama ini. “Tangan saya sejatinya sudah sempat tersambung patah tulangnya namun saat menaiki motor karena bergetar keras tangan kembali patah ya sekarang terpaksa di gif,” tuturnya memelas.

Dari pantauan di lokasi pengungsian, tampak beberapa warga ikut membuat kerajinan anyaman sundung  dituntun guru pembimbing dadakan Ni Ketut Bunter. Ketut Bunter ketika ditanya mengaku senang dapat berbagi ilmu menganyam yang dimiliknya. “Mudah mudahan mereka nanti jika tidak lagi mengungsi sudah memiliki keahlian membuat anyaman sundung seperti ini,” selorohnya.

Salah seorang murid dadakannya di pengungsian yang bernama Ni Komang Astini(37) mengaku senang dapat belajar membuat anyaman sundung. Dia mengaku memiliki suami dan mempunyai dua anak. ”Sebelumnya saya  belum pernah membuat anyaman sejenis sundung ini. Baru kali ini mudah mudahan bisa menjadi bekal ketrampilan nanti jika pulang,” jelasnya.

Hal yang sama juga dikemukakan warga yang belajar m,embuat anyaman sundung bernama Ni Ketut Kardiadih (36). Namun dirinya mengaku hidupnya pasrah. Karena sampai saat ini dirinya belum berkeluarga. “Belum ada yang mau sama saya pak, sampai saat ini masih menjomblo,” celetuknya ngakak.