Peringati Detik-detik Proklamasi di Air Terjun | Bali Tribune
Diposting : 18 August 2016 10:10
redaksi - Bali Tribune
HUT RI
AIR TERJUN - Para peserta upacara peringatan HUT ke-71 RI membuat keunikan tersendiri yakni apel bendera di bawah air terjun Dam Tukad Unda, Klungkung.

Semarapura, Bali Tribune

Detik-detik Proklamasi HUT Kemerdekaan RI ke-71, Rabu (17/8) oleh warga bersama perangkat Kelurahan Semarapura Kangin, Klungkung diperingati dengan cara unik, yakni melakukan apel bendera di tengah kucuran air terjun dari dam Tukad Unda.

Upacara digelar secara resmi dengan basah-basahan, diikuti 17 siswa SD 2 Semarapura Kangin, 8 ibu-ibu PKK dan 45 warga berpakaian pejuang Bali. Mereka tanpa memandang suku dan agama yang dianut. Kawasan dam Tukad Unda tampak meriah dan semarak dihiasi bendera Merah Putih. Ada bendera yang dipasang berukuran besar memanjang di tembok dam, ada juga pernak-pernik bendera kecil sehingga suasana begitu meriah.

Sejak pagi warga setempat sudah tampak menghias diri. Sebanyak 17 pelajar dari SD 2 Semarapura Kangin mengenakan pakaian pramuka. Kemudian, delapan ibu-ibu PKK kelurahan setempat telah berdandan pakaian adat madya, kebaya putih dan kamben bercorak merah. Selanjutnya, sebanyak 45 pemuda setempat tampil dengan pakaian adat ala pejuang Bali, tidak mengenakan baju dan hanya memakai kamben dan saput poleng.

Di antara 45 pemuda itu, punggung dari mereka bertuliskan Dirgahayu RI ke-71. Bahkan Lurah Sudarma bersama staf kelurahan juga mengenakan pakaian bak patih anom. Lurah Sudarma mengenakan udeng poleng, kamben dan saput poleng. Sudarma juga membawa sebilah keris yang dikenakan saat upacara.

Ada juga pemuka agama yang hadir. Pasalnya, di kelurahan itu, termasuk masyarakat dari campuran agama yang hidup selaras dan berdampingan. Sebelum mereka turun ke dalam dam, mereka pun ditatar oleh Lurah Wayan Sudarma dipandu TNI dan Polri yang ikut hadir mengamankan jalannya acara.

Selanjutnya, tepat pukul 09.30, upacara dimulai. Lurah Sudarma yang berdandan ala patih anom di puri menjadi inspektur upacara memimpin pasukan 17 siswa SD, 8 ibu PKK dan 45 warga umum. Upacara dilengkapi dengan sound system itu digelar runut sesuai apel bendera pada umumnya. Saat apel itu terdapat acara pengibaran bendera di tengah dam, pembacaan teks proklamasi dan pembacaan butir Pancasila.

Usai kegiatan, Lurah Sudarma menyatakan upacara di tengah dam ini memang rutin digelar setiap tahun. “Kami ingin menanamkan nasionalisme kepada masyarakat di sini,” ujarnya. Upacara dikemas apik di dalam dam, karena dia ingin mengajak masyarakatnya paham jika saat perang dulu dilakukan di segala medan. “Dulu perang di bukit, gunung dan sungai, jadi kami ingin tanamkan, jangan pantang menyerah,” ungkapnya.

Di Tengah Sawah

Jika di Klungkung ada upacara di dalam dam, maka di Tabanan menggelar upacara di sawah. Seperti yang dilakukan warga Desa Adat Pagi, Desa Senganan, Kecamatan Penebel ini.

Puluhan warga setempat terdiri dari petani, pemuda, pemudi, hingga anak-anak dan mahasiswa KKN Undiksa Singaraja dengan hikmat mengikuti upacara bendera HUT Proklamasi RI ke-71 yang dimulai pukul 09.30 Wita. Bendesa Adat Pagi I Wayan Yastra (44) selaku pembina upacara, Sedangkan para petugas upacara sebagian besar melibatkan mahasiswa KKN Undiksha Singaraja.

Para peserta upacara tidak mengenakan pakaian seragam. Hanya saja sebagian besar mengenakan topi agar terhindar dari sengatan matahari. Sedangkan anak-anak sekolah dasar mulai kelas 1 sampai kelas 6 SD juga berpakaian bebas dan kompak memakai topi sekolah. Begitu juga dengan mahasiswa KKN Undiksha, mereka berpakaian seragam KKN dilengkapi dengan topi rotan.

Karena lokasi upacara berlumpur, semua peserta upacara tidak mengenakan alas kaki. Upacara yang berlangsung selama kurang lebih 45 menit tersebut berjalan lancar. Hanya saja, tiga petugas pembawa dan pengerek bendera Merah Putih tampak sedikit kewalahan karena harus berjalan di lumpur.

Petugas yang semuanya mahasiswa KKN Undiksa harus ekstra hati-hati karena kedalaman lumpur cukup lumayan sekitar 15 centimeter. Namun dengan persiapan yang matang, dan gladi yang dilakukan sebanyak 2 kali sebelum upacara dan 1 kali sebelum hari H, pelaksanaan upacara di tengah sawah itu pun berlangsung lacar.

Sekretaris STT Satria Darma Santi Banjar Pagi, I Putu Bawa Trindira (22), menjelaskan kegiatan ini muncul begitu saja karena bosan menggelar kegiatan seperti lomba makan krupuk, panjat pinang dan lainnya. Ia menambahkan upacara bendera tersebut digelar sebagai wujud cinta terhadap Tanah Air, dimana tanah dan air berada di sawah.

Sementara Bendesa Adat Pagi I Wayan Yastra (44) usai menjadi pembina upacara mengatakan tujuan upacara digelar di tengah sawah adalah selain untuk menumbuhkan semangat patriotisme bagi generasi muda di Desa Adat Pagi khususnya juga bagi generasi muda di Indonesia.