Pertemuan Tahunan IMF - WB 2018, Pantau Situasi Terkini Gunung Agung | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 22 November 2017 18:35
Arief Wibisono - Bali Tribune
World Bank
Peter Jacobs

BALI TRIBUNE - Status terakhir Gunung Agung rupanya tidak terlepas dari perhatian penyelenggara pertemuan tahunan IMF - World Bank yang akan diadakan Oktober 2018 mendatang. Demikian disampaikan Kepala Satuan Tugas Pertemuan Tahunan IMF - WB 2018, Peter Jacobs, di Jakarta, Selasa (21/11).

“Update terakhir kondisi Gunung Agung sangat penting terkait dengan akan diselenggarakan Annual Meeting IMF - WB Oktober tahun depan,” ujar Peter dalam pelatihan wartawan daerah yang diselenggarakan Bank Indonesia. Perkembangan status ini dianggap sangat penting mengingat akan hadir 189 Negara di dunia yang terdiri dari Menteri Keuangan serta Gubernur Bank Sentral beserta para staffnya.

“Desember bulan depan kita akan adakan diskusi soal status Gunung Agung, dilanjutkan pada bulan Maret tahun depan. Bila dianggap aman acara akan berlangsung sebagaimana mestinya, namun bila ada sesuatu kita akan tunda pelaksanaanya,” ujarnya. Hal ini disampaikan Peter mengingat begitu pentingnya agenda pertemuan ini.

Terlebih, sekitar 17 ribu peserta menyatakan siap hadir dari 189 negara anggota IMF - WB. Pertemuan tahunan IMF - World Bank 2018 menjadi sangat penting pasalnya Indonesia akan mendapat manfaat setinggi tingginya dari agenda ini. “Anggap saja seluruh dunia berkumpul di Indonesia. Ini kesempatan menunjukkan pada dunia jika Asean dan Indonesia khususnya bisa menjadi motor penggerak ekonomi dunia,” ucap Peter.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Asean 5,1 persen tentu ini bisa dijadikan tolok ukur kedepannya yang lebih baik bagi negara negara Asean dalam memainkan perannya dalam perekonomian dunia. “Bukan hanya pertemuan namun juga dibarengi diskusi soal perekonomian dunia. Banyak kepentingan dari negara negara yang hadir dalam acara ini bahkan para pemilik modal juga datang selain Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral,” imbuhnya,

Ia menambahkan Indonesia bisa menjadi tuan rumah bukan karena penunjukkan tapi melalui proses hearing. Kerangka kerja (Frame Work) yang ada di BI disebutkan ialah penyelenggaraan yang sukses, memperkenalkan pariwisata Indonesia melalui program Voyage of Indonesia, ekonomi Indonesia sudah stabil dan progresif hingga telah memiliki daya tahan dalam menghadapi krisis, penerapan ekonomi yang sudah digitalisasi.

“Ekonomi Indonesia bertumbuh secara ekslusif, ekonomi syariah, kesetaraan gender, juga bagaimana bisa memanfaatkan kondisi ini bagi perdagangan dan investasi di Indonesia, serta bagaimana menarik peserta bisa berwisata di Indonesia,” sebutnya. Meski ada juga persepsi negatif dari beberapa orang terkait kegiatan ini namun jika dihitung jangka pendek sekitar USD 100 juta akan diraup dalam satu minggu kegiatan.

Namun jangka panjang diharapkan ada investasi yang tertanam di Indonesia. “Jelas penyelenggaraan ini memberikan dampak yang besar bagi Indonesia bahwa Indonesia sudah menjadi negara maju dan berkembang. Nilai tambah yang dicapai dari kegiatan ini Indonesia atau Bali akan terkenal sebagai negara atau daerah yang mampu menyelenggarakan MICE terbesar di dunia, jadi betapa Indonesia sudah siap dan bangga akan kegiatan ini,” tutupnya.