Pertina Persiapkan Atlet ke PON Remaja | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 20 October 2016 15:03
Djoko Purnomo - Bali Tribune
IGM Adi Swandana
IGM Adi Swandana

Denpasar, Bali Tribune

Meski gelaran PON Remaja II/2017 Jawa Tengah masih dalam polemik, namun Pengprov Pertina Bali bakal menyiapkan sejumlah petinjunya ke ajang itu melalui seleksi yang akan diadakan November mendatang. Tidak saja untuk PON Remaja, Pertina Bali juga akan menyiapkan petinju Popnas.

Komisi Teknik Pertina Bali, IGM Adi Swandana mengatakan, petinju remaja di Bali cukup banyak, dan pihaknya akan menyeleksi mereka terlebih dahulu agar mereka yang dikirim ke PON Remaja maupun Popnas benar-benar berkualitas.

"Kami menyeleksi mereka melalui ajang kejuaraan tinju amatir-semi profesional (Ampro), November nanti bertepatan dengan HUT Kota Tabanan,” ujar IGM Adi Swandana yang juga pelatih tinju Bali dan nasional itu, Rabu (19/10) di Denpasar.

Adi Swandana menjelaskan, petinju yang diseleksi nanti umurnya disesuaikan dengan batasan umur di Popnas dan PON Remaja, sehingga tidak melewati batas yang telah ditentukan.

"Kalau Popnas dilaksanakan maka batas usia  atlet khusus cabor tinju maksimal 18 tahun. Sedangkan kalau PON Remaja kalau tidak salah 16-18 tahun. Sekarang mereka sedang berlatih rutin untuk persiapan seleksi nanti,” jelas Adi Swandana sembari menunggu kepastian apakah Popnas akan dilaksanakan atau PON Remaja.

Dia menambahkan, Popnas dan PON Remaja salah satu ajang lanjutan dari pembinaan atlet di daerah-daerah sehingga sebaiknya memang harus diadakan.

Diakuinya, untuk cabor tinju faktor umur sangat mempengaruhi fighting spirit petinju untuk meraih prestasi. Maka dari itu, untuk meraih prestasi pihaknya melihat faktor umur petinjunya. Karena komponen itu menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai prestasi puncak bagi seorang petinju.

"Memang tidak bisa dipungkisi faktor umur akan sangat mempengaruhi prestasi atlet itu sendiri. Karena di Indonesia petinju yang usianya 35 tahun sudah menyudahi karirnya. Itu berdasarkan aturan yang ada," jelasnya.

Dijelaskannya, untuk mengembalikan fighting spirit para atlet itu membutuhkan kerja keras. Dicontohkannya, saat PON Jabar, salah satu asuhannya Julio Bria saat berangkat ke Bandung, fisiknya paling bagus di antara petinju lainnya. Akan tetapi, setelah bertanding justru berbeda, malah fisiknya menurun.

Dengan kondisi itu akhirnya Julio tersingkir paling pertama di antara rekan-rekannya. "Hal tersebut disebabkan banyak faktor. Apalagi jika atlet sudah berkeluarga, pastilah ada masalah yang dihadapi. Sehingga, beban tersebut mempengaruhi semuanya," pungkas Adi Swandana.