PHK Hantui Pariwisata Badung | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 8 December 2017 20:27
I Made Darna - Bali Tribune
ekonomi
AAN Ketut Agus Nadi Putra

BALI TRIBUNE - Pemutusan hubungan kerja (PHK) mulai mengancam para pekerja yang bergerak di sektor pariwisata di Kabupaten Badung. Pasalnya, sepinya turis ke Bali khususnya Badung akibat erupsi Gunung Agung, membuat sejumlah hotel dan restoran mulai memangkas jam kerja karyawannya menjadi 15 hari kerja per bulan.

Bila kondisi ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan akan terjadi gelombang PHK besar-besaran, yang diawali dari sektor pariwisata. Menyikapi kondisi itu, kalangan DPRD Badung pun mengimbau agar pelaku dan pengusaha pariwisata di Badung tidak gegabah dengan melakukan PHK.

Lembaga dewan di Badung berharap pariwisata yang lesu akibat bencana erupsi Gunung Agung, bisa disikapi secara arif dan bijaksana oleh para pengusaha.

“Kami harap pengusaha (hotel dan restoran) tidak terburu-buru melakukan PHK,” pinta Ketua Komisi IV DPRD Badung AAN Ketut Agus Nadi Putra di gedung dewan, Kamis (7/12).

Bila PHK salam skala besar terjadi, maka menurut Gung Nadi–sapaan akrab politisi Partai Golkar ini, ekonomi Bali secara makro akan lumpuh. Sebab, mayoritas masyarakat Bali menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata. “PHK akan memunculkan masalah baru. Pasti sektor lain juga akan kena dampak, dan masyarakat miskin baru akan bermunculan,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Gung Nadi memberi saran, kalau memang kunjungan sepi dan tingkat hunian hotel turun pengusaha agar menyiasati PHK dengan melakukan pengurangan jam kerja. Dengan begitu, tidak ada pekerja yang sampai kena PHK. “Pengusaha harus pintar-pinta cari solusi. Jangan buru-buru PHK. Alangkah baiknya jam kerjanya diatur,” terangnya.

Selain itu, politisi asal Kerobokan ini juga meminta pemerintah melalui instansi terkait seperti Dinas Pariwisata dan Dinas Tenaga Kerja betul-betul menyikapi kondisi ini dengan meningkatkan pengawasan terhadap masyarakat yang bekerja di sektor pariwisata.

“Pemerintah juga harus peka. Karena jangan sampai kondisi ini dipakai celah oleh segelintir pengusaha untuk melakukan penciutan karyawan dengan sewenang-wenang,” kata Gung Nadi.

Sementara anjloknya tingkat hunian hotel diakui oleh salah seorang praktisi pariwisata, I Wayan Puspa Negara. Kata dia, akibat erupsi Gunung Agung dan sempat ditutupnya operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, tingkat okupansi hotel mencapai titik rendah, yakni 12-20 persen.

“Iya, kondisi ini bisa dikatakan pariwisata Bali merosot. Dan hal ini akan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi makro Bali,” ujarnya.

Puspa yang mantan anggota DPRD Badung ini juga berharap tidak ada PHK karyawan dan usaha pariwisata yang kolap di Badung.

“Harapan kami sih tidak ada PHK dan usaha yang kolap. Namun setiap usaha  pasti terguncang, mulai dari hotel, restoran, pub, spa, travel dan objek wisata pasti merasakan kelesuan,” kata Puspa.

Ia pun berharap kondisi ini segera pulih. Untuk mempercepat pemulihan di tengah ‘megantungnya’ bencana Gunung Agung ini, Puspa minta pemerintah aktif mengampanyekan bahwa Bali aman dan nyaman untuk dikunjungi.

“Kampanye Bali aman dan nyaman bagi wisatawan harus terus digalakkan. Dan untuk meng-cover loss di wsman, maka wisdom harus digencarkan,” tegasnya.