Puluhan Dosen ISI Adu Karya di Museum Neka | Bali Tribune
Diposting : 26 July 2016 14:58
redaksi - Bali Tribune
Museum
PAMERAN - Sejumlah Karaya Dosen Isi dalam pameran “Poem of Colors” di Musuem Neka.

Gianyar, Bali Tribune

Sebagai petugas pendidik di Perguruan Tinggi Seni, seorang dosen juga dituntut berkarya, untuk menunjukkan eksistensi diri sebagai  praktisi seni. Membuktikan itu,  26 dosen ISI Denpasar unjuk kebolehan dalam pameran bertajuk “Poem of Colors”, yang diselenggarakan mulai Selasa (26/7) hari ini hingga 26 Agustus mendatang, di Museum Neka. Dalam pameran ini,  meraka sengaja mengangkat Teman ragam warna . sebagai refleksi warga kehidupan.

Ketua Panitia I Made Ruta menyebutkan,  pameran ini sebagai jawaban atas kerinduan para dosen ISI untuk tampil bersama.  Khususnya pendidik di lingkungan Program Study  Seni Murni d FSRD ISI Denpasar. Pameran kali ini memang secara khusus  mengetengahkan tentang warna dalam beberapa sudut pandang. Mulai dari warna  dalam kenyataan kasat mata, dalam konteks keragaman budaya serta warna sebagai repgfelsi sosiologis. “Konsep warna ini memang bermakna jamak.  Namun yang terpenting bagaimana  dapat dieksplorasikan  menjadai bahasa rupa  secara aritstik dan bahasa rupa,” terangnya sembari menunjukkan salah satu karya yang ikut dipamerkan, Senin (25/7).

Peserta lainnya, Ni Made Rinu menyebutkan bahwa pemeran ini merupakana darma keempat  yang sangat penting.  Karena hanya dengan gelar seni seorang dosen dapat menjawab sekaligus membuktikana dirinya sebagai prakstisi seni yang selama ini digeluti.  ”Seoarang dosen  juga dituntut piawai dan berdedikasi dalam praktek seni,” ujar  Rinu yang menjabat Dekan  SFSRD ISI Denpasar ini.

Setelah mengamati karya-karya yang akan ditampilkan,  pengamat seni Jean Counteau menyebutkan jika  pameran ini terbilang berharga.  Apalagi lembaga seni kebanggaan Bali ini  bekerja sama dengan Museum Neka  yang dedikasinya untuk pengembangan seni dan budaya sudah terbuktikan.  “Pameran ini telah menunjukkan jika dunia akademis  semakin terbuka. Membangkitkan kesadaran bahwa seni memiliki problematika yang sangat komplkes,” terangnya.

Sementara dari amatan karya, Couteau melihat  banyak karya yang telah membuatnya terpesona. Tanpa  menyebut  nama perupanya, dirinya  mengaku  jika salah satu karya yang ditampilkan,  telah berhasil memberikan kedamaian.

Pemilik Musuem Neka, Pande Sutedja Neka  melihat pameran ini sangat penting bagi hubungan antara museum dengan  lembaga pendidikan.  Karena dua lembaga ini sama-sama memiliki peran penting dalam  mengembangkan pendidikan seni di tanah air.  “Terlebih tema yang di agkat adalah sangat matching dengan ungkapan  sang Maestro Arie Smit dengan istilah  Pusi warna.  Kegiatan  ini sungguh kami apresiasi, sekaligus sebagai gelar seni serangkaian ulang tahuan Museum Neka yang ke-34,” bangganya.