Puluhan SD di Jembrana Mendapat Rehab Berat, Sekolah Bebas Tentukan Material Atap | Bali Tribune
Diposting : 28 February 2018 08:15
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
rehab
REHAB - Puluhan sekolah yang mendapat rehab berat diberikan keleluasaan menggunakan kap baja ringan atau kap kayu

BALI TRIBUNE - Banyaknya bangunan sekolah dasar di Jembrana yang telah mengalami kerusakan pada bagian atap akibat kontruksi rangka atap baja ringan yang diklaim tidak mampu bertahan lama, kini membuat pemerintah daerah memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menentukan penggunaan material kontruksi yakni kayu ataupun tetap menggunakan kap baja ringan dalam perbaikan kap bangunan.

Pada tahun ini sejumlah SD negeri di Kabupaten Jembrana yang mengalami kerusakan berat, beberapa diantaranya memang dipastikan mendapatkan perbaikan baik itu dari Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah pusat maupun dari APBD Kabupaten Jembrana.

Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Jembrana, Putu Eka Suarnama saat dikonfirmasi, Selasa (27/2), memastikan beberapa SD yang mengalami kerusakan berat tahun ini mendapatkan perbaikan. Dikatakannya pada rehab bangunan sekolah yang mengalami rusak berat itu, tahun ini pihaknya memberikan keleluasaan sekolah menentukan apakah tetap menggunakan kap baja atau menggantinya dengan menggunakan usuk dan reng kayu.

Menurutnya, baik rangka kap baja ringan maupun rangka kayu memiliki daya tahan yang sama. Namun dari evaluasi yang dilakukan pihaknya, apabila sekolah akan tetap memilih mempertahankan penggunaan kap baja maka untuk gentengnya harus disesuaikan dengan genteng berbahan logam. Berbeda dengan kap berbahan kayu yang boleh menggunakan genteng biasa.

Dalam menentukan material kontruksi kap bangunan tersebut, pihaknya meminta kepada sekolah yang memperoleh rehab berat agar melibatkan pihak komite sekolah masing-masing. “Sama saja, tidak harus kap baja. Menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Kalau rehab berat,  kami harapkan diganti dengan kayu. Tetapi kembali ke sekolah,” jelasnya. 

Pihaknya juga mengakui lantarana keterbatasan anggaran maka pihaknya dalam melakukan perehaban bangunan sekolah menggunakan sekala prioritas sehingga saat ini masih ada puluhan sekolah yang telah mengajukan permohonan perbaikan masih mengantre untuk mendapatkan perehaban. Pihaknya juga harus selektif, menentukan mana yang prioritas sebab diakuinya banyak juga usulan yang tidak urgen seperti usulan untuk pagar tembok sekolah, padahal banyal bangunan ruang belajar atau guru yang rusak. “Kita utamakan sekolah yang bangunan ruang belajarnya rusak. Kalau tembok (pagar sekolah) bisa nanti,” terangnya.

Pada tahun ini sebanyak 20 SD Negeri yang mendapatkan perbaikan dengan rincian sembilan dari APBD dan sisanya 11 sekolah dari DAK Pusat. Sekolah yang mendapatkan rehab berat itu diantaranya SD Negeri 2 Lelateng-Negara, SD Negeri 2 Air Kuning-Jembrana  dan SD Negeri 2 Tegalcangkring-Mendoyo. Dari 20 SD yang mendapatkan perbaikan ini hampir seluruhnya tergolong rusak berat. Jika ditotal seluruh usulan seluruh rehab sekolah mencapai Rp 24 miliar untuk 57 SD. Dibandingkan tahun sebelumnya, diakuinya bantuan DAK, tahun 2018 ini meningkat yakni Rp 5,8 miliar. Sedangkan tahun sebelumnya  berkisar Rp 4 Miliar lebih. “Ada penambahan DAK, tapi memang belum bisa mengcover semua permohonan. Karena setiap tahun, jumlah usulan bertambah.” ungkapnyanya.

Perbaikan fisik bangunan pada tahun ini hanya baru bersumber dari DAK dan APBD Kabupaten. Sedangkan sekolah yang pengajuan rehabnya  melalui pendataan rehab sekolah yang rusak yang dilakukan dari Tim Tata Kelola (Takola) SD yang ditunjuk dari pihak Kementerian akan dibiayai dari APBN melalui bantuan pemerintah (Bantah). Selain perbaikan rehab untuk SD, DAK tahun ini senilai Rp 3,39 Miliar juga dialokasikan untuk SMP.