Puluhan Siswa Pengungsi Numplek di SMPN I Bangli - Siswa Belajar Berdesak-desakan | Bali Tribune
Diposting : 30 September 2017 12:29
Agung Samudra - Bali Tribune
pendidikan
BERDESAKAN - Siswa kelas IX SMPN I Bangli terpaksa belajar berdesak-desakan.

BALI TRIBUNE - Ratusan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pengungsi bencana Gunung Agung sudah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Namun ada realita menarik di balik siswa pengungsi, yakni justru banyak siswa pengungsi memilih sekolah vaforit, yang notabene jaraknya jauh dari lokasi pengungsian.

Sebut saja SMPN I Bangli, sekolah ini mendapat siswa pengungsi sebanyak 78 siswa. Di balik membludaknya siswa yang ditampung, SMP I Bangli yang telah menerapkan Kurikulum 13, justru menampung beberapa siswa pengungsi yang di sekolah asalnya menerapkan Kurikulum 2006. Disamping itu membludaknya jumlah siswa pengungsi, untuk kegiatan proses belajar para siswa harus duduk berdesak-desakan.

Kepala SMP Negeri 1 Bangli I Wayan Widiana Sandhi saat disinggung terkait perbedaan kurikulum tersebut, pihaknya mengatakan bila pihaknya masih menunggu petunjuk dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli. Sejuah ini sudah ada 78 siswa pengungsi yang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Beberapa siswa di sekolahnya yang dulu menerapkan kurikulum 2006, meski demikian para siswa bisa mengikuti pembelajaran di SMP Negeri 1 Bangli yang menerapkan Kurikulum 2013. "Masalah kurikulum kami kesampingkan dulu, yang terpenting siswa kami selematkan dulu. Sesuai intruksi, kami terima siswa yang mendaftar, tanpa membedan kurikulum,” jelasnya, Jumat (29/9).

Paparnya, sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak tiga tahun lalu yakni  SMPN 1 Kintamani, SMPN 1 Susut, SMPN 3 Tembuku, SMP Gurukula dan SMP Widya Dharma, Kintamani. Beberapa siswa yang mengungsi di wilayah Susut, Pengotan mendaftar di SMP Negeri 1 Bangli. "Baiknya bisa melanjutkan di sekolah terdekat dari lokasi pengungsian, Kasian juga terlalu jauh sekolahnya," ujarnya.

Di sisi lain, khusus untuk kelas IX, siswa belajar berdesakan, mengingat dari awal kelas IX merupakan kelas gemuk ditambah lagi siswa baru. Untuk menyiasati hal tersebut, pihak sekolah menggunakan kursi lipat, agar bisa menampung seluruh siswa.

Kabid Pendidikan Dasar SD, SMP, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Bangli I Wayan Danta Hariyana mengatakan, menyikapi perbedaan penerapan kurikulum, pihaknya bakal menyampaikan ke Dinas Pendidikan Provinsi. Kini pihaknya telah melakukan pendataan persoalan yang ada di lapangan terkait siswa pengungsi. "Kami kebetulan diundang rapat Senin mendatang untuk membahas memfasilitasi pelaksanaan pendidikan bagi pengungsi. Kami akan sampaikan persoalan yang ada di Bangli ini," ungkapnya.

Pihaknya memiliki rencana untuk membuka kelas khusus bagi pengungsi, bila jumlah cukup banyak dan layak untuk dibuka kelas baru. Namun bila jumlah hanya beberapa orang, maka kegiatan pembelajaran diarahkan di sekolah terdekat.