Puluhan Umat Ikuti Prosesi Ruwatan Tumpek Wayang | Bali Tribune
Diposting : 31 July 2017 21:14
redaksi - Bali Tribune
sapuleger
Dalang sapuleger dan peserta ruwatan

BALI TRIBUNE - Puluhan  umat  mengikuti ritual ruwatan  hari kelahiran di Desa Petulu, Ubud, di malam Tumpek Wayang,  Sabtu (29/7) malam lalu.  Usai nonton pagelaran wayang sakral ’sapuleger’, peserta diruwat dengan tirta wayang sapuleger. Dalam prosesi ini, peserta didoakan dan dimohonkan  agar senantiasa mampu menetralisir pengaruh negatif dalam berbagai situasi ruang dan  waktu.

I Wayan Kemit (45) ,  warga Banjar Petulu Gunung,   menyebutkan jika anaknya yang masih balita ikut dalam ruwatan ini. Dirinya sangat bersyukur karena  prosesi  ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. "Syukurlah, digelar bersama-sama gini. Biayanya jadi sedikit dan saling mengisi," terangnya.

Pesertanya tidak saja warga Petulu, namun juga dari berbagai desa di Gianyar. Pun dari segi umur, mulai dari balita hingga  umat setengah baya. Prosesi ruwatan diawali dengan percikan air suci, lanjut peserta disuguhkan tontonan wayang  berlakon ‘sapuleger’.

Berbeda dengan pentas wayang kulit umumnya,  wayang ini hanya dipentaskan  oleh dalang khusus serangkaian ruwatan. Diperuntukkan peserta yang memiliki hari kelahiran yang diyakini buruk. Dari kisah sapuleger ini,  orang yang lahir pada wuku wayang, bulan purnama, bulan mati dan lintang bade, diyakini akan terus menjadi buruan roh-roh jahat.  Dengan menggelar ruwatan wayang, umat diyakini  akan terhindar dari vibrasi negatif dan dianugerahkan umur panjang.

Pemimpin ruwatan, Jero mangku Dalang I Wayan Warsa menyebutkan, Tumpek Wayang adalah manifestasinya Dewa Iswara yang berfungsi untuk menerangi kegelapan, memberikan pencerahan ke hidupan di dunia serta mampu membangkitkan daya seni dan keindahan.

Dimana tumpek terdiri dari dua suku kata “tum” dan “pek”, tum artinya kesuciannya dan pek artinya putus atau terakhir. Jadi tumpek adalah hari suci yang jatuh pada penghujung akhir Saptawara dan pancawara seperti Saniscara Kliwon Wayang disebutlah Tumpek wayang.

Lanjutnya, Tumpek wayang merupakan cerminan dimana dunia yang diliputi dengan kegelapan, manusia oleh kebodohan, keangkuhan, keangkara murkaan, oleh sebab itu Siwa pun mengutus Sangyang Samirana turun ke dunia untuk memberikan kekuatan kepada manusia yang nantinya sebagai mediator di dalam menjalankan aktifitasnya.

Ditegaskan pula, orang yang dianugrahi sebagai pemuput ritual ini adalah  seorang Dalang atau Samirana.  Karena  Hyang Iswara telah memberikan kekuatan seorang Dalang sehingga mampu membangkitkan cita rasa seni dan daya tarik yang mampu memberikan sugesti kepada orang lain yaitu para penontonnya.

Kekuatan inilah yang disebut dengan taksu maupun raganya, karena didalam pementasan wayang kulit, seorang Dalang mampu menyampaikan cerita yang penuh dengan filsafat humor, kritik, saran, serta realita kehidupan se hari-hari sehingga para penonton membius alam pikirannya sehingga muncullah kekuatan sugesti dari diri masing-masing.

Oleh karena itu kehidupan umat manusia di dunia sesungguhnya tidak hanya memelihara pisik semata, namun perlu ke seimbangan antara pisik dan mental spiritual yang mana banyak tercermin di dalam pelaksanaan atau perayaan Tumpek Wayang bagi umat Hindhu yang dirayakan setiap enam bulan (dua ratus sepuluh hari).

Makna dari pada Tumpek Wayang, sebagaimana kita ketahui kehidupan di dunia selalu diliputi oleh dua kekuatan yang disebut Ruwa Bineda, yang sudah barang tentu ada pada sisi ke hidupan manusia .Dengan bercermin dari tatwa, filsafat agama mampu membawa kehidupan manusia menjadi lebih bermartabat.

Karena dari ajaran atau filsafat agama mampu akan memberikan pencerahan kepada pikiran yang nantinya mampu pula menciptakan moralitas seseorang menjadi lebih baik dari segi aktifitas agama sehari- hari kita mendapatkan air cuci ke hidupan melalui tirta pengelukatan yang berfungsi untuk meruak atau melebur dosa di dalam tubuh manusia,

Diakuinya, oleh sebagian umat, ritual ini jarang digelar, karena biaya yang dibutuhkan cukup tinggi. Mareka pun akhirnya mengikuti  ruwatan secara massal.  Karena itu pula prosesi secara massal patut diutamakan.