PVMBG: Potensi Letusan Masih Tinggi | Bali Tribune
Diposting : 4 July 2018 14:45
Redaksi - Bali Tribune
Erupsi Gunung Agung yang terjadi Selasa kemarin.
BALI TRIBUNE - Hingga saat ini aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi dan belum stabil serta terus berkembang dimana saat ini aktivitas gunung berketinggian 3142 MDPL tersebut masih diikuti terjadinya erupsi.
 
Kasubid Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana, kepada wartawan di Pos Pengamatan Gunung Agung, Selasa (3/7) menyebutkan, dalam 12 jam sepanjang pagi hingga siang kemarin, Seismogram di Pos Pantau merekam sebanyak tiga kali gempa letusan, 13 kali gempa embusan, dua kali gempa vulkanik, tiga kali gempa low frekuensi.
 
 Dari gempa-gempa yang terjadi tersebut, kata Devy, satu hal yang menarik yakni munculnya gempa vulkanik sebanyak dua kali, kendati magnitudonya relatif masih kecil yakni hanya 2.1 mm, namun hal ini mengindikasikan masih adanya pergerakan magma dari kedalaman mendorong ke permukaan.
 
“Nah, erupsi yang terjadi pada pukul 09.28 Wita tadi pagi diawali terjadinya gempa tektonik berkekuatan 5,0 sekala richter yang ada di Selatan Pulau Bali,” sebutnya dan menambahkan gempa tektonik ini tidak merefleksikan secara langsung kondisi magma di dalam tubuh Gunug Agung.
 
Tetapi gempa tektonik ini bisa dikatakan dari luar bisa mengganggu kestabilan dari Gunung Agung itu sendiri. “Nah erupsi yang terjadi selang lima menit setelah terjadinya gempa tektonik itu memang karena di dalam kantung magma Gunung Agung sudah terisi oleh magma yang berusaha keluar. Jadi ketika digoncang wajar jika mengalami erupsi,” ulasnya.
 
Erupsi yang terjadi kemarin menurutnya memiliki ketinggian yang relatif masih sama dengan erupsi sebelumnya yakni sekitar 2.000 meter di atas permukaan kawah dan mengarah ke arah barat.
 
Lantas untuk Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) apakah ada perubahan setelah letusan Trmbolian dan letusan yang baru terjadi itu? Ditegaskan Devy, patokan untuk menetapkan atau mengeluarkan VONA adalah ketinggian kolom abu vulkanik sebelum kolom  itu sendiri pecah diudara. “Kalau sudah pecah dia bisa lebih tinggi lagi! Nah kami patokannya itu, jadi karena ketinggiannya masih di bawah 6.000 meter di atas permukaan laut, maka VONA yang kita kirimkan tetap orange,” tandasnya.
 
 Namun demikian kata dia, walaupun Vona yng dikirimkan adalah orange namun tidak serta merta dapat menentukan status penerbangan. Sebab apapun kode warna VONA yang dikeluarkan oleh PVMBG, akan selalu dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh BMKG dan Kementerian Perhubungan untuk keselamatan penerbangan.
 
 Apakah zona bahaya pascaletusan trombolian itu akan ada perluasaan? Hingga saat ini ditegaskannya PVMBG masih menyimpulkan status Gunung Agung di level Siaga atau level III, dengan rekomendasi zona merah atau zona bahaya di radius 4 kilometer dari kawah.
 
“Tapi kita masih terus melakukan evaluasi untuk melihat perkembangan-perkembangan data selanjutnya. Kalau terlihat dari trend seismik itu memang belum mengindikasikan adanya perubahan yang signifikan, meskipun terekam ada dua kali gempa vulkanik,” tegasnya.
 
Dari sisi deformasi atau pengembungan tubuh gunung, juga tidak ada perubahan signifikan dan menurut aanalisisnya malah cenderung mengalami deflasi atau pengempisan karena ada yang telah dikeluarkan. “Tapi tubuh gunung yang mengempis ini bukan berarti sudah selesai, karena dia masih dalam kondisi berkembang. Nah kalau ada suplai magma baru, maka Gunung Agung akan bisa kembali mengalami inflasi dan terjadi erupsi,” ucapnya.
 
Pun demikian dengan kondisi gas yang keluar dari Gunung Agung, pihaknya mengakui jika tim dari PVMBG saat ini tengah turun untuk melakukan pengukuran. Hanya saja pengukuran gas itu sendiri memakan waktu relatif cukup lama. “Tim sedang di lapangan untuk melakukan pengukuran guna mengetahui kadar gas magmatik yang keluar dari kawah,” lugasnya.
 
 Melihat perkembangan aktivitas vuklanik Gunung Agung yang belum stabil pihaknya menyebutkan jika potensi terjadinya letusan strombolian, karena itu pihaknya menghimbau kepada masyarakat agar tidak beraktivitas dizona bahaya radius 4 kilometer karena perkiraan itu merupapakan perkiraann lontaran material lava pijar yang sangat berbahaya. Kemudian soal kemungkinan adanya hembusan awan panas, Devy menegaskan jika itu masih sangat jauh dan kemungkinannya masih kecil jika melihat perkembangan Gunung Agung sampai saat ini.