PVMBG Terus Pantau Gunung Agung, Gempa Tremor Turun, Asap Kawah Kembali Berwarna Putih | Bali Tribune
Diposting : 23 November 2017 19:24
Redaksi - Bali Tribune
seismograf
Suasana di Pos Pantau Gunung Agung Kecamatan Rendang, Rabu kemarin.

BALI TRIBUNE - Pasca-terjadinya letusan freatik pada Selasa (21/11/) lalu, hingga Rabu (22/11) Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) terus memantau setiap detik perkembangan aktivitas vulkanik kawah Gunung Agung.

Saat terjadinya letusan freatik, sejumlah daerah di KRB III dan II terlanda hujan abu, utamanya di wilayah Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, karena abu mengarah ke timur tenggara.

Kabid Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM, Gede Suantika di Pos Pantau Gunung Agung, Kecamatan Rendang, Karangasem, menjelaskan secara rinci terkait fenomena letusan freatik yang terjadi pada Selasa sore lalu. Menurutnya, itu terjadi karena curah hujan cukup tinggi artinya air hujan masuk dalam jumlah besar ke dalam zona panas kawah Gunung Agung. Itu menyebabkan terjadinya uap.

“Dan itu berarti pula sudah ada ledakan di dalam yang membawa batuan samping yang sudah terpanaskan sebelumnya,” ulasnya sembari menambahkan jika arena pipa magma suhunya sangat tinggi.

Mengenai bau menyengat belerang yang sempat tercium warga sekitar lereng Gunung Agung atau tepatnya di wilayah KRB III, menurutnya bau itu pasti ada karena kawah mengepul. “Data sample gas yang diambil oleh drone juga menunjukkan demikian, namun demikian status Gunung Agung masih bertahan di siaga atau level III,” tegasnya. Itu artinya areal seluas 6-7.5 kilometer harus disterilkan dari segala aktivitas manusia.

Soal ancaman Gunung Agung ke depan, dia mengakui sejak terjadi letusan freatik pihaknya terus memantau perkembangan kepulan abu yang terlontar dari kawah, termasuk menganalisis perkembangan kegempaan dalam hal ini gempa tremor harmonik yang sempat terjadi dengan durasi hampir mencapai 1 jam kendati frekwensi atau skalanya sangat kecil.

“Semalam memang kita mengira jika kepulan abu akan terjadi terus menerus karena amplitudo seismik cukup tinggi saat itu. Tapi dari pemantauan terakhir yang kita lakukan menunjukkan jika itu sudah menurun jika dibandingkan tadi malam,” sebutnya.

Sebelumnya, kata dia, amplitudo seismeik mencapai lebih dari 5 milimeter, namun saat ini sudah jauh menurun. Pun demikian erupsi sudah tidak lagi terjadi, karena dari pemantauan visual yang terlihat hanya kepulan uap air yang berwarna putih saja.

Prediksi ke depannya, menurutnya hal seperti ini akan sering terjadi, karena kalau dilihat dari data kegempaan yang terekam oleh seismograf kegempaan justru menurun utamanya gempa vulkanik dalam dan dangkal. Dari pemantauan juga diketahui mulai dari pukul 17.05 Wita, kepulan asap yang sebelumnya berwarna abu kehitaman sudah berubah menjadi putih yang didominasi oleh uap air.