Ribuan Pemedek Antre di Pura Besakih | Bali Tribune
Diposting : 24 March 2016 13:10
habit - Bali Tribune
PUNCAK KARYA - Wabup I Wayan Artha Dipa membaur bersama ribuan pemedek saat Puncak Karya Pujawali Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih.

Amlapura, Bali Tribune

Puncak Karya Pujawali Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Luhur Besakih, Rendang, Karangasem, digelar bertepatan dengan Purnamaning Kedasa, Buda Paing Krulut, Rabu (23/3). Prosesi ritual diawali dengan nedunan (menstanakan) pralingga Ida Bhatara Kabeh di Bale Pesamuan Agung, di antaranya Pralingga Pura Kiduling Kreteg, Pura Batumadeg, Pura Basukihan, Pura Hyang Haluh, Pura Banua Kawan, Pura Mrajan Kanginan, Pura Ulun Kulkul, Pura Mrajan Selonding, dan Pura Gelap ini berlangsung khusyuk.

Hadir dalam puncak karya ini Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, turut melakukan prosesi ritual mundut Pralingga Ida Bhatara yang usai di Ayun Widhi Ida Bhatara katuran tedun kairing ke Peselang. Dari Balai Peselang Ida Bhatara menganugrahi rahmat pada umatnya. Selanjutnya Ida Bhatara Nyejer selama 21 hari, dari 23 Maret hingga Nyineb 13 April 2016 mendatang.

Prosesi Puncak Pujawali Ida Bhatara Turun Kabeh dimulai sejak pukul 10.00 Wita, yang dipadati ratusan pemedek termasuk pejabat pemerintahan yang hendak tangkil bersembahyang di upacara yang digelar setiap tahun ini memadati areal pura. Membludaknya pemedek yang tangkil membuat mereka harus rela antre menunggu giliran melakukan persembahyangan di Pura Penataran Agung Besakih.

Karya Pujawali ini diawali menghaturkan bebantenan kepada Ida Bhatara yang berstana di Padma Tiga agar diberikan anugrah, kedamaian dan keselamatan. Di Penataran Agung Pura Besakih pemedek melaksanakan pemuspaan secara bertahap dipimpin Jro Mangku setempat, menjelang pukul 12.00 Wita, diadakan persembahyangan bersama dan para Sulinggih maweda serta pengerajeg Ida Dalem Semaraputra dari Balai Gajah. Muput Karya dengan bebantenan catur rebah, catur niri dan kelengkapannya, usai itu Puja Tri Sandya 11 kali pamuspaan.

 Prosesi ini juga diiringi berbagi tarian dari sejumlah para seniman seperti tari Rejang Dewa, tari Baris, Wayang Lemah, Bebondresan serta ditutup dengan Topeng Sidakarya. Prosesi Puncak Karya Pujawali kali ini dipuput Sulinggih Ida Pedanda Deler Feling dan Ida Pedanda Isteri Padmi Dencarik saking Griya Taman Buruan, Sibetan, Bebandem Karangasem.

 Ketua Panitia Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, Wayan Gunatra, mengatakan Sebelum menggelar puncak Karya Pujawali Bhatara Turun Kabeh tersebut, juga sudah digelar rangkaian upacara lainnya. Seperti Nedunang Pralingga Ida Bhatara atau Arca-arca sebagai lambang Ida Bhatara Kabeh, pada Redite Wage Krulut Minggu, (20/3) lalu. Dilanjutkan di hari berikutnya, dengan Melasti ke Toya Sah di Desa Muncan, pada Soma Kliwon Krulut Senin, (21/3) lalu.

 Setelah itu, sehari sebelum digelar puncak Karya, terlebih dahulu digelar Upacara Mapepada pada Anggara Umanis Krulut Selasa (22/3) yang maknanya menyucikan semua binatang, atau hewan yang digunakan sebagai sarana Upakara. “Makna Upacara Mapepada, mengembalikan rohnya (binatang), supaya saat reinkarnasi nanti bisa lebih baik,” ujar Wayan Gunatra.

Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, usai mengikuti prosesi ritual menyampaikan Pura Agung Besakih merupakan pusat kegiatan upacara agama bagi umat Hindu. Di Pura ini setiap tahun dilangsungkan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, setiap sepuluh tahun sekali dilangsungkan upacara Panca Bali Krama dan setiap seratus tahun diselenggarakan upacara Eka Dasa Rudra. Pelaksanaan Karya Ida Batara Turun Kabeh tahun 2015 ini, jatuh pada Purnama Kedasa, Buda Paing Krulut.

 Pura Agung Besakih secara spiritual adalah sumber kesucian dan sumber kerahayuan bagi umat Hindu.”Upacara Ida Bhatara Turun Kabeh sendiri memang rutin digelar setiap tahun sekali, dari upacara Ida Bhatara Turun Kabeh ini, maknanya untuk memberikan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat pada umumnya menuju Karangasem cerdas, bersih dan bermartabat berlandaskan Tri Hita Karana,” tandasnya.

 Disamping itu kepada seluruh umat semoga bisa pedek tangkil ngaturang bakti dan sekaligus mengambil maknanya agar kehidupan dan prilaku menjadi lebih baik, tercermin dari bakti di pura yang agung ini kemudian kita jalankan dalam perilaku kita sehari-hari.