Ritual Ngerebeg, Peserta Berbalur Abu Vulkanik | Bali Tribune
Diposting : 7 December 2017 21:22
Redaksi - Bali Tribune
erupsi
NGEREBEG - Peserta ritual Ngerebeg membaluri tubuhnya dengan cat bercampur abu vulkanik.

BALI TRIBUNE - Beragam ritual digelar oleh masyarakat Bali untuk memohon agar erupsi Gunung Agung tidak berdampak bencana besar. Ritual Ngerebeg pun dilakukan oleh warga Desa Pakraman Tegallalang, Gianyar, dimana dalam ritual ini peserta membaluri tubuhnya dengan cat bercampur  abu vulkanik Gunung Agung dan  bertabur serbuk emas. Godel pun dipersembahkan dalam prosesi pecaruan untuk menjaga keseimbangan alam Bali.

Ritual Ngerebeg di Pura Duur Bingin, Tegallalang, Rabu  (6/12),  sedikit berbeda dengan sebelumnya.  Di tengah bencana erupsi Gunung Agung, warga adat setempat mempersembahkan kurban  sapi muda atau godel untuk memohon keseimbangan alam Bali tetap terjaga.

Sementara peserta ritual  yang didominasi anak-anak dan remaja, secara khusus mencampur abu vulkanik ke dalam cat warna-warni lanjut di balurkan ke tubuhnya. Serbuk  berwarna emas pun dipercikkan sebagai  tanda keyakinan jika material vulkanik  Gunung Agung  suatu saat akan berdaya guna.

“Kami memang sengaja menggunakan  abu vulanik Gunung Agung.  Meski sedikit, kami jadikan abu  yang kemudian dicampur ke dalam cat. Percikan  serbuk emasnya kami simbolisasikan sebagai berkah dari bencana erupsi di kemudian hari,“ ungkap  Ketua Sekaha Truna Banjar Tengah, Tegallalang, I wayan Sutrawan.

Mengikuti prosesi ritual Ngerebeg, peserta lantas  bergabung dengan seluruh peserta lainnya yang jumlahnya mencapai  ribuan.  Dalam ritual itu  mereka juga  menyembunyikan identitas aslinya. Sebagian besar tampilannya mengikuti situasi, yakni suasana erupsi Gunung Agung. “Di pura setempat peserta mendapat  jamuan  makan bersama di pelataran pura. Berangkat dari Pura Duur Bingin, mereka kemudian berkonvoi  dengan  membawa hiasan bunga yang disebut gerebeg,“ terang Bendesa Pakraman Tegllalang, Made Jaya Kusuma.

Memang, tradisi ini dilaksanakan secara turun temurun serangkaian upacara di pura setempat.  Namun, tambah Jaya Kusuma, dalam suasana erupsi Gunung Agung, upacara digelar lebih mengkhusus. Krama adat mempersembahkan pecaruan dengan kurban godel atau sapi muda, itik, ayam dan lainnya. Doa umat menyertai agar erupsi Gunung Agung tidak berdampak bencana besar.  Umat juga  meyakini, di balik bencana ini akan ada sebuah berkah  untuk masyarakat  Bali ke depanya.