Ritual Pasupati Senjata Pusaka “Belida” | Bali Tribune
Diposting : 24 August 2017 16:42
Agung Samudra - Bali Tribune
pusaka
Duplikat Belida senjata pusaka berbentuk semacam alat tenun yang dipasupati, Selasa lalu.

BALI TRIBUNE - Duplikat Belida senjata pusaka yang berbentuk semacam alat tenun berbahan kayu yang konon dipergunakan Raja Bangli pada masa lalu untuk mengusir para musuh sehingga Bangli masih berdiri hingga saat ini, dipasupati pada Tilem, Anggara Wage, Wuku Sinta, Selasa (22/8) lalu. Upacara dipusatkan di Puri Rum, Puri Agung Bangli, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli.

Kelian Adat Puri Agung Bangli, Anak Agung Alit Ardanatha menjelaskan, Belida yang dipasupati merupakan duplikat. Dibuatnya duplikat Belida untuk mempertahankan peninggalan leluhur. Ia menuturkan, Belida yang asli kondisinya sudah lapuk dimakan usia, masih tersimpan rapi di Puri Rum, Puri Agung Bangli. Sesuai kesepakatan seluruh pesemetonan keluarga besar Puri Agung Bangli, diputuskan untuk membuat duplikatnya.

Belida dibuat oleh internal puri namun mendatangkan pula pande emas yakni Pande Diksa dari Banjar Pande Keluharan Cempaga, Kecamatan Bangli. “Belida berlapiskan emas, jadi kami meminta bantuan seorang pande,” ungkapnya saat ditemui di Puri Kelodan, Rabu (23/8).

Belida sendiri berbahan dari kayu merbau, bentuknya semacam alat tenun dengan ukuran kurang lebih satu meter dihiasi emas seberat 75 gram.

Diakuinya, pengerjaan tidak terlalu lama, hanya satu bulan.Kata mantan Wakil Ketua DPRD Bangli ini, pemelaspasan dan pasupati senjata pusaka ini, bertujuan untuk penyucian dan menjaga kesakralan senjata pusaka tersebut. “Pasupati merupakan proses sakralisasi benda-benda sebagai permohonan yang ditunjukan kepada Sang Hyang Pasupati,” jelasnya.

Setelah upacara pemelaspasan dan pasupati ini, Ida Betara Pasupati nyejer selama sehari di Puri Rum. Selanjutnya keesokan harinya, Rabu (23/8), serangkaian tradisi mepeed, Ida Batara Pasupati akan diiring dan turut nyejer serangkaian Piodalan di Pura Kehen Bangli selama tiga hari mendatang. Rencananya Ida Batara Pasupati akan dipendak kembali setelah penyineban di Pura Kehen, untuk selanjutnya disineb kembali di Puri Rum, Puri Agung Bangli.

Sementara itu pasemetonan Puri Agung Bangli, yakni Puri Denpasar, Puri Soka Dawanan, Puri Soka Danginan, Puri Kilian, Puri Kawan Tanggu, Puri Siyulan, Puri Kelodan serta Puri Penida. Agung Ardanatha menyampaikan, berdasarkan cerita turun menurun, Belida atau semacam alat tenun ini diperoleh Ratu Bangli yang bergelar Dewa Ayu Den Bencingah, setelah mendapat wahyu saat beryoga di Pura Kehen Bangli untuk mengusir musuh sekitar tahun 1.700-an silam.

Saat itu, kerajaan Bangli sempat diserang dan diduduki oleh musuh dari kerajaan lain. Namun berkat wahyu yang diterima Raja Bangli setelah bersemedi di Pura Kehen, dalam hitungan sehari hanya dengan menggunakan senjata Belida tersebut, Raja bersama pasukan berhasil mengusir dan menguasai kembali kerajaan Bangli hingga sekarang.

“Sesuai wahyu yang diterima Raja Bangli saat itu, Bangli tidak akan kalah selama bukit Bangli tidak runtuh dan menimpa Pura Kehen” ungkapnya. Oleh karena itu, senjata pusaka tersebut sangat disucikan dan disakralkan hingga sekarang oleh krama Adat Puri Agung Bangli dan disungsung dengan gelar Ida Betara Pasupati.

Diyakini keberadaan Pusaka tersebut akan bisa membawa kebaikan dan sebagai tonggak untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat Bangli pada umumnya. “Selain untuk pelestarian budaya, upacara pemelaspas dan pasupati Belida sebagai warisan dari Raja Bangli ini, kami laksanakan agar ke depan bisa membawa kebaikan dan keselamatan untuk semua,” imbuh mantan Lurah Bebalang ini.