Rumah Apartemen Dinilai Layak di Bali | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 28 Maret 2024
Diposting : 9 June 2016 16:00
Robby Patria - Bali Tribune
Made
Gusti Made Aryawan

Denpasar, Bali Tribune

Harga properti yang makin melonjak tiap tahun di Bali terutama di bagian perkotaan, membuat daya beli konsumen lokal semakin terpuruk. Sebagai alternatifnya, Real Estate Indonesia (REI) Bali telah siap membuat konsep rumah apartemen. Hal ini sudah dikaji dari beberapa perspektif.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) REI Bali, Gusti Made Aryawan, mengatakan, dari kegiatan sarasehan yang dihelat beberapa waktu lalu dengan tokoh budaya, rekan-rekan di Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Bali dan akademisi Universitas Udayana, tercapai keputusan tidak ada masalah dengan konsep rumah apartemen.

“Dari Kajian arsitektur, kajian ekonomis dan kajian budaya semua mengatakan tidak ada masalah,” ungkapnya Rabu (8/6). Secara teknisnya, pada tanggal 25 Juni 2016 mendatang, pihaknya (REI) Bali dengan IAI Bali akan mengadakan kajian berikutnya tentang konsep riil gambaran aspek perumahan apartemen.

Seperti yang dikemukakan sebelumnya, rumah apartemen menjadi solusi yang efektif karena hanya membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas. Namun demikian banyak blok bisa dibangun sesuai dengan ketentuan budaya Bali, yakni menyamai pohon kepala atau di atas 15 meter.

Dengan bangunan rumah apartemen, kata dia, sebenarnya untuk menyiasati penduduk yang berdomisili di luar Denpasar atau Badung yang belum memiliki rumah, tetapi bekerja di kabupaten atau kodya tersebut. Sisi positifnya, menurut dia, dapat mengehemat waktu dan BBM karena jarak yang tidak terlalu jauh.

Sisi kuantitas ini diharapkan dapat berdampak pada kualitas hubungan keluarga yang semakin baik. Aryawan menambahkan, perkembangan properti di Bali saat ini menunjukkan geliat khususnya di segmen menengah ke bawah.

Segmen tersebut, menurutnya diisi oleh segmen konsumen dengan bujet Rp300 juta sampai dengan di bawah Rp1 miliar. Sedangkan untuk segmen di atas harga itu, kata dia, cenderung stagnan karena pasokan yang melimpah sedangkan daya beli yang sedikit.