Sejumlah Tokoh Ziarah ke Makam Bung Karno | Bali Tribune
Diposting : 3 August 2016 11:12
habit - Bali Tribune
ziarah
ZIARAH - Sejumlah tokoh berziarah di makam Presiden Pertama sekaligus Proklamator Ir Soekarno di Blitar, Jawa Timur. Ziarah digelar sebagai bagian dari syukuran 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.

Blitar, Bali Tribune

Penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila terus mendapatkan sambutan positir sejumlah kalangan dengan syukuran yang dikemas dalam berbagai rangkaian acara. Selasa (2/8), sejumlah tokoh mengawali syukuran dan sosialisasi 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dengan melakukan ziarah di makam Proklamator yang juga penggali Pancasila, Ir Soekarno di Blitar, Jawa Timr.

Para tokoh yang hadir mengikuti ziarah antara lain Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf selaku penanggungjawab acara, Sekjen DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, Wasekjen PDIP Achmad Basarah, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menkumham Yasonna H Laoly, dan seniman Butet Kertaradjasa.

“Ini bagian dari rasa syukur kami setelah 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila. Kami juga melakukan sosialisasi, salah satunya dengan pagelaran wayang. Ini salah satu yang efektif dalam menyampaikan nilai-nilai Pancasila, mengingat bagi masyarakat Jawa, wayang tidak sekadar tontonan, tetapi juga mengandung tuntunan,” kata Saifullah Yusuf.

Gus Ipul, sapaan Saifullah Yusuf, mengatakan, penyelenggaraan acara tasyakuran ini dilaksanakan berkat kerja sama GP Ansor dan Pemkab Blitar. Rencananya, beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur juga akan menggelar acara serupa, yakni di Kota Blitar, Nganjuk, Ngawi, Madiun, Jombang, Ponorogo, dan Trenggalek.

Setelah ziarah, mereka menghadiri pagelaran wayang kulit di alun-alun Blitar. Lakon yang dipentaskan dalam pagelaran wayang ini adalah “Bimo Labuh” oleh Ki Dalang Anom Suroto. “Kami ingin nilai-nilai Pancasila dibumikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bermasyarakat maupun bernegara. Kesenian ini (wayang, Red) ada guyub, rukun antargenerasi, antar golongan,” jelas Gus Ipul.

Lakon itu menceritakan bahwa membantu orang tidak harus saat dia sedang mendapatkan rejeki yang baik atau saat senang dan berkuasa. Membantu orang bisa kapan saja, seperti yang dilakukan Bima dan saudara-saudaranya para Pandawa yang saat itu terusir dari Astina. “Bimo Labuh, demi rakyat rela berkorban. Itulah pamong yang benar-benar momong terhadap rakyatnya,” ujarnya.