Sekte Dewa Indra akan Didaftarkan di Unesco | Bali Tribune
Diposting : 2 September 2016 12:53
redaksi - Bali Tribune
UNESCO
MENENUN - Salah seorang warga Tenganan Pegringsingan tengah menenun kain geringsing. Inset: Gadis-gadis Desa Tenganan Pegringsingan mengenakan kain geringsing.

Amlapura, Bali Tribune

Karangasem memiliki sejumlah desa tua atau Bali Aga yang dikenal memiliki beragam tradisi, budaya dan kerajinan khas yang klasik. Salah satunya adalah Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem. Ada 27 motif kain geringsing double ikat dengan simbol dan makna tertentu yang dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menangkal wabah penyakit dan kekuatan jahat.

Sebagai penganut Sekte Dewa Indra atau Dewa Perang, desa yang terkenal degan tradisi mekare-kare atau perang pandan ini sampai saat ini masih melestarikan berbagai kerajinan yang ada kaitannya dengan adat, upacara ritual dan tradisi warga di desa ini. Salah satu kerajinan yang masih dilestarikan sampai saat ini yakni kerajinan tenun double ikat yang oleh warga di desa ini dikenal dengan kain geringsing.

Kerajinan tenun yang satu ini memang sangat unik dan klasik, sehingga sangat sulit untuk ditiru. Karena itu sejumlah wisatawan dan pengusaha tekstil cukup penasaran dengan rahasia dibalik proses kain geringsing ini mulai dari pewarnaannya yang memakan waktu hingga tiga tahun hingga proses menenunnya yang sangat rumit.

Untuk menjaga kelestarian serta mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya dari dunia Internasional, Bupati Karangasem, IGA Mas Sumatri berencana akan mendaftarkan kerajinan tenun klasik Kain geringsing ini ke Unesco.

Gayung bersambut, rencana Bupati tersebut mendapatkan dukungan dari banyak kalangan termasuk salah satu tokoh masyarakat Tenganan Pegringsingan, I Nyoman Sadra. Mantan anggota DPRD Karangasem, Kamis (1/9), mengaku sangat mendukung rencana tersebut, namun demikian pihaknya menyarankan agar Bupati bisa berkoordinasi dengan tokoh dan masyarakat Tenganan Pegeringsingan, mengingat kain geringsing bagi masyarakat setempat memilik filosofi terhadap kehidupan dan tradisi di desa tua itu. “Yang jelas kami pasti mendukung kalau didaftarakan ke Unesco!  Tapi sebaiknya dikoordinasikan dulu dengan tokoh adat di desa Tenganan Pegringsingan karena itu bagian dari budaya desa adat Pegringingsingan,” sarannya.

Saat ini sudah ada sebanyak 27 motif kain geringsing double ikat, yang memiliki makna dan arti sendiri, yang jika dikenakan pada saat-saat tertentu utamanya saat upacara dipercaya bisa menangkas segala kekuatan jahat. Kain Geringsing sendiri berasal dari kata “Gering” yang artinya sakit dan “Sing” yang artinya tidak. Sehingga jika digabung akan berarti tidak sakit. Sesuai dengan namanya, warga di desa ini percaya dengan mengenakan kain Geringsing maka akan terhindar dari berbagai macam wabah penyakit dan kekuatan jahat.

Untuk proses mulai dari pemintalan benang, pewarnaan hingga menenun, untuk satu helai kain geringsing double ikat diperlukan waktu hingga empat tahun. Sebab semakin lama proses pewarnaannya yang menggunakan pewarna alami yang diambil dari kebun dan bukit di sekitar desa, seperti Babakan kayu kepundung putih dicampur dengan akar pohon Sunti untuk warna merah, buah kemiri dicambur abu untuk warna kuning, dan warga hitam dari pohon taum, maka semakin bagus kwalitas kain geringsing tersebut.

“Kalau motif kain geringsing itu banyak, dulunya ada sekitar 27 motif, semua motif itu memiliki simbol-simbol dengan makna tertentu,” ungkap Sadra. Beberapa diantaranya yakni motif Lubeng yang berisi simbol kalajengking, motif Sanan Empeng yang biasanya dipergunakan saat upacara, motif Cecempakan, motif Cemplong, motif Wayang, dan motif  Batun Tuwung.

Motif yang paling sulit dikerjakan adalah motif Lubeng dan Batun Tuwung, sementara untuk sehelai kain geringsing double ikat ini harganya mulai dari dua juta hingga dua puluh juta ripiah, tergantung motif dan usia kain itu sendiri. para gadis di desa ini diwajibkan untuk mengenakan kain geringsing pada saat upacara besar yakni Usabha Sambah yang rangkaian upacarangan sampai satu bulan penuh.